Kisah Rasul 4:29 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah Gereja mula-mula. Setelah beberapa rasul, yaitu Petrus dan Yohanes, ditangkap dan diinterogasi oleh para pemimpin agama Yahudi karena menyembuhkan orang lumpuh dan memberitakan tentang Yesus, mereka dilepaskan. Namun, ancaman dan larangan untuk tidak berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus jelas disampaikan kepada mereka. Reaksi para rasul ini sungguh luar biasa, bukan dengan keputusasaan, melainkan dengan doa yang penuh keyakinan.
Doa yang dipanjatkan oleh jemaat setelah para rasul kembali kepada mereka adalah sebuah pernyataan iman yang kuat. Ayat ini mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap ancaman yang dihadapi para hamba Tuhan, namun yang lebih utama adalah permohonan mereka kepada Tuhan. Mereka tidak meminta agar ancaman itu dihilangkan secara fisik, melainkan memohon keberanian bagi para rasul untuk terus memberitakan firman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa prioritas utama mereka bukanlah keselamatan diri dari bahaya, melainkan kelangsungan pemberitaan Injil.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Dalam menghadapi kesulitan, penganiayaan, atau bahkan tekanan untuk mengabaikan keyakinan kita, doa semacam ini menjadi sumber kekuatan. Keberanian yang diminta bukanlah keberanian lahir dari diri sendiri, melainkan keberanian yang dianugerahkan oleh Tuhan. Ini adalah keberanian ilahi yang memungkinkan para pengikut Kristus untuk tetap teguh pada panggilan mereka, bahkan ketika menghadapi penolakan dan ancaman.
Doa dalam Kisah Rasul 4:29 adalah gambaran tentang bagaimana iman bekerja dalam situasi genting. Umat percaya saat itu menyadari bahwa musuh-musuh mereka lebih kuat secara duniawi, namun mereka juga tahu bahwa kekuatan Tuhan jauh melampaui segala kekuatan manusia. Oleh karena itu, mereka menyerahkan situasi tersebut sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan, sambil memohon agar kehendak-Nya tetap terlaksana melalui para hamba-Nya yang setia.
Lebih dari sekadar doa, ayat ini juga menjadi cerminan dari komitmen mendalam jemaat perdana terhadap Yesus Kristus. Mereka melihat bahwa keselamatan dan kebenaran yang dibawa oleh Yesus adalah hal yang jauh lebih berharga daripada kenyamanan atau keamanan duniawi. Permohonan untuk memberitakan firman Tuhan secara berani adalah pengakuan bahwa firman itu memiliki kuasa untuk mengubah hidup dan membawa keselamatan.
Dalam konteks kekinian, kisah rasul rasul 4 29 terus relevan. Tantangan dalam memberitakan Injil mungkin berbeda bentuknya, tetapi adanya penolakan, kesalahpahaman, atau bahkan penganiayaan masih saja terjadi di berbagai belahan dunia. Doa ini mengajak kita untuk tidak gentar, melainkan memohon kepada Tuhan agar Ia menganugerahkan keberanian yang sama seperti yang dialami oleh jemaat mula-mula, sehingga kita pun mampu menjadi saksi-Nya dengan setia, apa pun tantangannya.