Simbol Iman

Kisah Rasul 4:30: Keberanian Iman yang Menginspirasi

"Sambil Engkau mengulurkan tangan-Mu untuk menyembuhkan, dan mengadakan tanda-tanda serta keajaiban-keajaiban oleh tangan Anak-Mu, Yesus, hamba-Mu yang kudus itu."

Kisah para rasul merupakan sebuah catatan sejarah yang kaya akan iman, keberanian, dan bukti nyata kuasa ilahi. Di tengah berbagai tantangan dan penolakan yang mereka hadapi, para rasul tak pernah gentar dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah. Salah satu momen krusial yang menggarisbawahi dedikasi mereka tertuang dalam Kisah Para Rasul pasal 4, khususnya ayat 30.

Ayat ini diucapkan oleh para rasul dalam doa mereka kepada Allah, setelah mereka diancam oleh para pemimpin agama Yahudi untuk tidak lagi berbicara atau mengajar dalam nama Yesus. Peristiwa ini terjadi setelah Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang pengemis lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah. Kesaksian mereka tentang Yesus dan kebangkitan-Nya menarik perhatian banyak orang, namun juga menimbulkan kegelisahan dan kemarahan di kalangan pihak berwenang.

Dalam doa yang penuh keinsyafan dan keyakinan, para rasul mengakui bahwa otoritas dan kuasa untuk menyembuhkan serta mengadakan tanda-tanda ajaib bukanlah berasal dari diri mereka sendiri, melainkan dari Allah sendiri, yang bekerja melalui tangan Anak-Nya yang kudus, Yesus Kristus. Pengakuan ini menunjukkan kerendahan hati mereka dan penegasan bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan adalah manifestasi dari kehendak dan kuasa ilahi, bukan karena kemampuan pribadi.

Kisah Rasul 4:30 bukan sekadar kutipan doa. Ayat ini adalah manifesto keberanian iman yang luar biasa. Meskipun dihadapkan pada ancaman fisik, penolakan sosial, dan potensi penganiayaan, para rasul tidak mundur. Sebaliknya, mereka berdoa memohon agar Allah terus menyertai dan memberi kekuatan kepada mereka untuk terus bersaksi. Mereka memohon agar tangan Allah terus diulurkan untuk melakukan penyembuhan, tanda-tanda, dan keajaiban, sebagai bukti nyata bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dan bahwa Injil yang mereka bawa adalah kebenaran.

Dalam konteks kehidupan modern, kisah ini memberikan pelajaran yang sangat relevan. Seringkali, kita dihadapkan pada berbagai kesulitan, keraguan, dan tekanan untuk tidak mengindahkan keyakinan kita. Mungkin bukan dalam bentuk ancaman fisik seperti yang dialami para rasul, tetapi dalam bentuk cemoohan, diskriminasi, atau godaan duniawi yang mengalihkan fokus kita dari tujuan rohani.

Kisah Rasul 4:30 mengingatkan kita bahwa kekuatan sejati untuk menghadapi tantangan datang dari Allah. Kita dipanggil untuk tidak hanya menjadi pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman. Keberanian untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus, untuk mengasihi sesama, untuk bersaksi tentang kebaikan-Nya, dan untuk terus berdoa memohon penyertaan-Nya adalah inti dari iman yang hidup dan dinamis.

Doa para rasul ini juga menekankan pentingnya fokus pada Yesus. Segala penyembuhan, tanda, dan keajaiban adalah melalui Dia. Ini adalah pengingat bahwa iman Kristen berpusat pada pribadi Kristus, karya penebusan-Nya, dan kuasa kebangkitan-Nya. Ketika kita berpegang teguh pada Dia, kita pun dapat mengalami kekuatan yang sama untuk menghadapi kesulitan dan menjadi saksi-Nya di dunia.

Dengan semangat yang sejuk dan cerah, kisah para rasul ini mengajak kita untuk tidak takut bersaksi dan hidup dalam kebenaran, bahkan ketika menghadapi rintangan. Biarlah ayat ini menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk terus mengulurkan "tangan" kita – baik dalam pelayanan, kasih, maupun kesaksian – dengan keyakinan bahwa Allah bekerja melalui kita untuk kemuliaan nama-Nya.