"Dan setelah mereka memanggil rasul-rasul itu, mereka menyambuk mereka dan memerintahkan, supaya mereka jangan lagi berbicara dalam nama Yesus. Lalu mereka membiarkan mereka pergi."
Kisah Para Rasul 5:40 merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan para rasul setelah kebangkitan Yesus Kristus. Ayat ini mencatat sebuah peristiwa di mana para rasul menghadapi penentangan dan kekerasan dari para pemimpin agama pada masa itu. Meskipun diancam dan dicambuk, mereka tidak gentar dalam memberitakan Injil dan kesaksian tentang Yesus. Sikap para rasul ini memberikan pelajaran berharga tentang keteguhan iman dan keberanian di tengah tekanan.
Dalam konteks sejarahnya, setelah Yesus terangkat ke surga, para muridnya, yang kini menjadi rasul, mulai menyebarkan ajaran-Nya dengan penuh semangat. Mereka melakukan mukjizat, menyembuhkan orang sakit, dan memberitakan keselamatan melalui nama Yesus. Pemberitaan ini tentu saja menimbulkan kegaduhan di kalangan pemuka agama Yahudi, terutama Mahkamah Agama, yang merasa otoritas mereka terancam. Mereka melihat ajaran para rasul sebagai tantangan terhadap tatanan yang ada.
Keberanian para rasul tidak berhenti pada perkataan. Mereka terus bersaksi tentang Yesus, bahkan setelah ditangkap dan dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Pemimpin agama Yahudi, yang dipimpin oleh Imam Besar Kayafas, berupaya keras untuk menghentikan penyebaran ajaran Kristen. Mereka bahkan menyambuk para rasul sebagai bentuk hukuman dan peringatan agar tidak lagi berbicara atau mengajar dalam nama Yesus. Cambukan ini bukanlah siksaan ringan, melainkan pukulan yang menyakitkan dan memalukan.
Namun, respons para rasul terhadap siksaan ini sangatlah luar biasa. Alih-alih menjadi takut dan berhenti, mereka justru "bersukacita, karena mereka telah dianggap layak menderita kehinaan oleh karena Nama-Nya." (Kisah Para Rasul 5:41). Reaksi yang kontras ini menunjukkan kedalaman iman mereka. Mereka tidak melihat penyiksaan sebagai akhir, melainkan sebagai bukti kesetiaan mereka kepada Yesus. Bagi mereka, penderitaan demi Kristus adalah suatu kehormatan, bukan aib.
Nasihat bijak yang dapat diambil dari kisah ini sangatlah relevan. Pertama, ini adalah tentang keteguhan iman. Di hadapan ancaman dan penderitaan, para rasul tetap teguh pada keyakinan mereka akan kebangkitan dan keilahian Yesus. Mereka tidak mau berkompromi dengan kebenaran demi kenyamanan pribadi. Kedua, ini adalah tentang keberanian bersaksi. Meskipun diperintahkan untuk diam, mereka tahu bahwa mereka memiliki pesan penting yang harus disampaikan kepada dunia. Keberanian ini mendorong mereka untuk terus memberitakan Injil, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Kisah Para Rasul 5:40 dan 41 mengajarkan kita bahwa panggilan untuk mengikuti Kristus seringkali tidak mudah. Akan ada penolakan, kesalahpahaman, dan bahkan penderitaan. Namun, seperti para rasul, kita dipanggil untuk menghadapi tantangan ini dengan iman yang teguh, keberanian yang tidak tergoyahkan, dan sukacita karena kita dianggap layak untuk menderita demi Nama-Nya. Penderitaan itu sendiri bukanlah tujuan, melainkan sebuah konsekuensi dari kesetiaan, yang pada akhirnya membawa kemuliaan bagi Tuhan.