Ayat ketujuh dari pasal kesebelas Kitab Rasul menceritakan sebuah momen krusial dalam sejarah leluhur bangsa Israel: kedatangan mereka di Mesir yang dipicu oleh sebuah bencana alam yang dahsyat. Kelaparan hebat melanda tanah Kanaan, tempat Yakub dan keluarganya menetap. Bencana ini begitu parah sehingga tidak hanya mempengaruhi satu wilayah, tetapi meluas ke seluruh Mesir dan Kanaan. Penderitaan yang dialami oleh nenek moyang kita sangat besar, memaksa mereka untuk mencari solusi bertahan hidup yang radikal.
Dalam kondisi kelaparan yang mengerikan, persediaan makanan menipis dengan cepat. Tanaman mati kekeringan, ternak binasa, dan harapan semakin meredup. Penderitaan ini bukan hanya sekadar kekurangan fisik, tetapi juga ujian iman dan ketahanan bagi seluruh keluarga Yakub. Mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit: bertahan di tanah yang tandus dan berjuang melawan kelaparan, atau mencari bantuan di negeri asing yang dikabarkan memiliki persediaan makanan yang melimpah.
Peristiwa ini menjadi latar belakang mengapa Yusuf, yang sebelumnya telah dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, akhirnya naik menjadi penguasa di Mesir. Kemampuannya menafsirkan mimpi Firaun tentang tujuh tahun kelimpahan yang diikuti oleh tujuh tahun kelaparan, telah menyelamatkan banyak nyawa. Berkat hikmat ilahi yang dianugerahkan kepadanya, Mesir berhasil mengumpulkan surplus makanan selama masa kelimpahan, sehingga ketika malapetaka kelaparan itu datang, mereka siap menghadapinya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang beberapa hal penting. Pertama, tentang kerapuhan hidup manusia di hadapan kekuatan alam dan kehendak Tuhan. Kedua, tentang pentingnya persiapan dan kebijaksanaan dalam menghadapi masa depan, seperti yang dicontohkan oleh Yusuf dan Mesir. Ketiga, tentang bagaimana Tuhan dapat menggunakan situasi terburuk sekalipun untuk melaksanakan rencana-Nya. Meskipun kelaparan membawa penderitaan luar biasa, ini adalah peristiwa yang akhirnya membawa keluarga Yakub ke Mesir, tempat mereka akan tumbuh menjadi bangsa yang besar, meskipun kemudian mengalami perbudakan.
Jadi, ketika kita membaca Kisah Rasul 7:11, kita diingatkan akan sebuah periode gelap dalam sejarah, tetapi juga sebuah titik balik yang penuh makna. Kelaparan di Kanaan bukan hanya catatan sejarah, tetapi sebuah pelajaran tentang ketahanan, iman, dan campur tangan ilahi yang seringkali bekerja melalui cara-cara yang tidak terduga. Penderitaan yang dialami nenek moyang kita di masa lalu adalah pengingat akan kekuatan dan rencana Tuhan yang melampaui pemahaman manusia.