Kisah Para Rasul 7:55-56 & Kisah Para Rasul 9:17-18
Kitab Kisah Para Rasul menyajikan rangkaian kisah yang luar biasa tentang bagaimana iman Kristen mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dua perikop kunci, yang masing-masing terdapat dalam pasal 7 dan 9, menyoroti momen-momen krusial yang membentuk perjalanan para rasul dan komunitas Kristen awal. Keduanya, meskipun berbeda dalam fokus, sama-sama berbicara tentang kekuatan transformasi iman dan kehendak ilahi.
Dalam Kisah Para Rasul pasal 7, kita menyaksikan kesaksian teguh dari Stefanus, seorang diaken yang penuh iman dan hikmat. Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus dengan berani menguraikan sejarah keselamatan Israel, menunjukkan bagaimana umat pilihan Allah berulang kali menentang Roh Kudus dan menganiaya para nabi serta akhirnya membunuh Yesus, Sang Mesias. Dalam momen klimaks kesaksiannya, di tengah ancaman dan hinaan, Stefanus dipenuhi dengan Roh Kudus. Ia memandang ke surga dan melihat kemuliaan Allah, serta Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Penglihatan ini menjadi sumber kekuatan dan keberaniannya dalam menghadapi kematian martir. Ayat ini (7:55-56) menggambarkan titik puncak kesaksian seseorang yang teguh berpegang pada kebenaran ilahi, bahkan di hadapan maut. Kesaksian Stefanus bukan hanya pengakuan iman, tetapi juga panggilan terakhir bagi bangsanya untuk bertobat.
Melompat ke Kisah Para Rasul pasal 9, kita menemukan kisah pertobatan yang dramatis dari Saulus, seorang penganiaya gereja yang ganas. Dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus, Saulus tiba-tiba diterangi oleh cahaya dari surga. Ia jatuh ke tanah dan mendengar suara Yesus bertanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" Pengalaman ini mengubah hidupnya secara total. Saulus yang tadinya menjadi musuh bebuyutan Kekristenan, bangkit menjadi salah satu rasul terbesar, yaitu Rasul Paulus. Ia kemudian menerima penglihatan dari Ananias, yang mengembalikannya penglihatannya dan memenuhinya dengan Roh Kudus. Sejak saat itu, Saulus (yang kemudian dikenal sebagai Paulus) menjadi pewarta Injil yang tak kenal lelah, menyebarkan Kabar Baik ke seluruh dunia Mediterania. Ayat-ayat 9:17-18 menceritakan momen penting ini, di mana Saulus dibaptis dan imannya kepada Yesus Kristus diteguhkan, menandai awal dari pelayanan transformatifnya.
Kedua kisah ini, meskipun berbeda, saling melengkapi. Kesaksian Stefanus yang berani di akhir hidupnya menginspirasi dan mempersiapkan jalan bagi pekerjaan Injil yang lebih luas. Sementara itu, pertobatan Saulus menunjukkan bagaimana Allah dapat menjangkau dan mengubah hati yang paling keras sekalipun demi tujuan-Nya. Kisah Stefanus dan Saulus (Paulus) mengingatkan kita bahwa iman sejati seringkali datang melalui penganiayaan dan tantangan, tetapi juga melalui anugerah dan kuasa ilahi yang dapat memulihkan dan mentransformasi. Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan pada kebenaran, keberanian dalam menghadapi kesulitan, dan kuasa penebusan yang tak terbatas dari Yesus Kristus, yang mampu mengubah musuh menjadi pelayan-Nya. Kisah ini adalah bukti nyata dari kemampuan Roh Allah untuk memberikan visi, keberanian, dan kehidupan baru.