Kisah Para Rasul 9:39: Tabita, Penuh Kebaikan dan Pelayanan

"Lalu berdirilah Petrus dan pergi bersama-sama dengan mereka. Setibanya di sana, ia dibawa ke kamar atas. Semua janda datang menangis-nangis di dekatnya dan menunjukkan kepadanya baju-baju dan pakaian lain yang dibuat oleh Dorcas, ketika ia masih bersama mereka."
Kebaikan

Kisah Para Rasul 9:39 membawa kita pada sebuah momen yang sarat akan emosi dan teladan hidup. Di kota Yopa, hiduplah seorang perempuan bernama Tabita, yang juga dikenal sebagai Dorcas. Nama "Dorcas" dalam bahasa Yunani berarti "gazel," yang sering dikaitkan dengan keindahan dan keanggunan, namun keindahan sejati Dorcas terpancar bukan dari parasnya, melainkan dari hatinya yang penuh kasih dan tangannya yang giat melayani.

Tabita adalah sosok yang luar biasa di tengah komunitasnya. Ia tidak hanya hidup dalam kesalehan, tetapi juga mempraktikkan imannya melalui perbuatan nyata. Firman Tuhan mencatat bahwa ia "selalu berbuat baik dan memberi sedekah." Ini bukan sekadar ungkapan pujian, melainkan kesaksian hidup yang mendalam. Ia menggunakan sumber daya yang ia miliki, entah itu materi atau talenta, untuk meringankan beban sesama, terutama mereka yang paling membutuhkan, seperti para janda.

Kematian Tabita membawa kesedihan yang mendalam bagi seluruh kota, khususnya bagi para janda yang menjadi penerima manfaat dari kebaikannya. Mereka berkumpul di kamar atas tempat jenazah Tabita disemayamkan, dan dalam kesedihan mereka, mereka menunjukkan bukti nyata dari kasih Tabita: "baju-baju dan pakaian lain yang dibuat oleh Dorcas, ketika ia masih bersama mereka." Gambaran ini begitu kuat; di tengah tangis, mereka mengenang setiap helaan benang, setiap jahitan yang menunjukkan perhatian dan kepedulian Tabita.

Kepergian Tabita seolah meninggalkan kekosongan yang sulit digantikan. Namun, Tuhan memiliki rencana yang lebih besar. Petrus, yang saat itu berada di kota Lod, diundang datang ke Yopa. Ketika Petrus tiba dan melihat kesedihan yang mendalam serta kesaksian nyata dari kebaikan Tabita, ia merasakan kasih Tuhan yang bekerja. Dengan kuasa ilahi, Petrus berdoa, lalu menghadap jenazah Tabita dan memerintahkannya untuk bangkit. Dan sungguh ajaib, Tabita pun hidup kembali.

Kisah Tabita, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 9:39, mengajarkan kita sebuah pelajaran yang tak ternilai tentang arti kehidupan yang bermakna. Ia menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda yang menumpuk, melainkan pelayanan tulus dan kasih yang menggerakkan hidup kita untuk orang lain. Tindakannya yang penuh perhatian, meskipun sederhana, meninggalkan jejak kebaikan yang dikenang dan dirindukan. Ia membuktikan bahwa satu kehidupan yang didedikasikan untuk kebaikan dapat memberikan dampak yang begitu besar, bahkan mampu menginspirasi mukjizat.

Teladan Tabita mengingatkan kita untuk senantiasa menggunakan karunia yang Tuhan berikan untuk memberkati sesama. Baik itu melalui pembuatan pakaian, berbagi makanan, mendengarkan, atau sekadar memberikan senyuman hangat, setiap perbuatan baik memiliki nilai di mata Tuhan. Kisahnya adalah pengingat yang cerah bahwa kebaikan adalah bahasa universal yang mampu melampaui batas, dan bahkan dalam kematian sekalipun, warisan kasih yang kita tinggalkan akan terus berbicara.