Ayat Lukas 1:70 merupakan sebuah pengakuan yang mendalam, sebuah resonansi historis yang mengingatkan kita pada janji-janji ilahi yang telah digenapi. Ayat ini muncul dalam nyanyian Zakharia, bapa Yohanes Pembaptis, setelah putranya lahir. Nyanyian ini, yang sering disebut "Benedictus," dipenuhi dengan sukacita dan pengenalan akan karya penyelamatan Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi sejak zaman purba. Pernyataan ini bukan sekadar klaim pasif, melainkan sebuah penegasan aktif bahwa rencana Allah tidak muncul tiba-tiba, melainkan telah tertulis dalam pola kasih karunia yang terbentang sepanjang sejarah umat manusia.
Dalam konteks kitab Lukas, ayat ini menjadi jembatan penting antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Zakharia, sebagai seorang imam yang taat, sangat memahami tradisi nubuat dan janji-janji yang diberikan kepada Israel. Pengakuannya bahwa kedatangan Yesus (yang baru saja dinyatakan sebagai penebus) adalah penggenapan dari apa yang telah difirmankan oleh para nabi, memberikan otoritas ilahi yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Allah selalu bekerja dalam sejarah, mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias. Para nabi, seperti Yesaya, Yeremia, dan Mikha, telah berbicara tentang seorang Juruselamat yang akan datang untuk membebaskan umat-Nya. Lukas 1:70 mengonfirmasi bahwa janji-janji tersebut kini sedang digenapi di depan mata.
Penting untuk merenungkan arti dari frasa "nabi-nabi-Nya yang kudus sejak dahulu kala." Ini menggarisbawahi kesucian Allah dan konsistensi-Nya dalam menyampaikan pesan-Nya melalui individu-individu yang dipilih-Nya dan dikuduskan. Para nabi ini tidak berbicara dari pikiran mereka sendiri, tetapi melalui ilham ilahi, menyampaikan kebenaran Allah yang abadi. Kehidupan mereka seringkali penuh dengan tantangan dan penolakan, namun mereka tetap teguh dalam menyampaikan firman Tuhan. Mengaitkan nubuat ini dengan "sejak dahulu kala" menunjukkan kedalaman rencana Allah, sebuah cetak biru keselamatan yang telah ada sebelum penciptaan.
Bagi kita hari ini, Lukas 1:70 memberikan dasar yang kuat untuk iman. Ini mengajarkan bahwa Allah dapat dipercaya. Janji-janji-Nya bukanlah sesuatu yang hanya terjadi sesekali, tetapi merupakan bagian integral dari karakter dan rencana-Nya. Ketika kita menghadapi ketidakpastian atau keraguan, kita dapat berpaling kepada firman Tuhan yang telah terbukti kebenarannya sepanjang sejarah. Sejarah keselamatan yang terentang dari Perjanjian Lama hingga penggenapannya dalam Kristus adalah kesaksian yang tak terbantahkan akan kesetiaan Allah. Kita dipanggil untuk hidup dalam iman, mengetahui bahwa Allah, yang telah berbicara melalui para nabi-Nya, terus bekerja di dunia kita saat ini, dan bahwa firman-Nya akan terus digenapi hingga akhir zaman.
Dalam sebuah dunia yang seringkali terasa kacau dan tidak terduga, ayat ini menawarkan jangkar stabilitas. Kehadiran Yesus Kristus, yang kedatangannya dinubuatkan, adalah bukti nyata bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dia telah dan terus bekerja untuk membawa kelepasan, pemulihan, dan harapan. Lukas 1:70 bukan hanya sebuah ayat sejarah, tetapi sebuah undangan untuk mempercayai Allah yang setia, yang firman-Nya memiliki kekuatan dan kebenaran yang abadi.