Ikon perisai melambangkan perlindungan.
Ayat Lukas 1:71 adalah bagian dari kidung Zakharia yang menggemakan janji keselamatan ilahi. Ayat ini secara khusus menyoroti dua aspek penting dari keselamatan yang dijanjikan: pembebasan dari musuh dan dari perlakuan tangan orang-orang yang membenci. Pernyataan ini bukan sekadar harapan kosong, melainkan sebuah fondasi teologis yang kuat tentang bagaimana Tuhan berinteraksi dengan umat-Nya di tengah dunia yang penuh tantangan dan permusuhan.
Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, dalam kegembiraannya setelah dianugerahi seorang anak di usia senja, menyanyikan pujian yang profetik. Kidungnya merujuk pada kedatangan Mesias yang telah lama dinanti. Dalam konteks sejarah Israel, "musuh" dan "tangan yang membenci" dapat merujuk pada berbagai kekuatan yang menindas, baik itu bangsa asing yang menduduki tanah mereka, maupun oposisi internal yang menentang kehendak Allah. Ayat 71 ini menjadi sebuah penegasan bahwa kehadiran Sang Mesias akan membawa pembebasan yang total dari segala bentuk ancaman, baik yang bersifat fisik maupun rohani.
Ketika kita berbicara tentang "musuh" dalam konteks ayat ini, maknanya meluas. Tentu saja, ini mencakup segala bentuk penindasan, peperangan, dan ancaman terhadap kehidupan dan keamanan fisik. Namun, makna yang lebih dalam merujuk pada kekuatan-kekuatan yang melawan rencana dan kedaulatan Allah. Ini bisa berupa kuasa kegelapan, godaan, kejahatan, dan segala sesuatu yang berusaha menjauhkan manusia dari kasih dan kebenaran Tuhan. Keselamatan yang dijanjikan berarti pembebasan dari cengkeraman kekuatan-kekuatan ini, sehingga umat Tuhan dapat hidup dalam damai dan kemerdekaan sejati.
Selain ancaman dari musuh, ayat ini juga menyebutkan "tangan segala orang yang membenci kita." Ini merujuk pada permusuhan yang bersifat personal dan kebencian yang ditujukan secara langsung kepada individu atau umat Tuhan. Di dunia yang seringkali dipenuhi prasangka, ketidakadilan, dan permusuhan, ayat ini memberikan pengharapan bahwa Tuhan akan membela dan melindungi mereka yang dianiaya karena iman mereka. Ini adalah janji bahwa Tuhan tidak membiarkan umat-Nya sendirian dalam menghadapi kebencian, tetapi akan campur tangan untuk menyelamatkan.
Meskipun diucapkan ribuan tahun lalu, makna Lukas 1:71 tetap sangat relevan hingga kini. Kita mungkin tidak selalu menghadapi penindasan militer yang sama, namun kita terus menerus dihadapkan pada berbagai bentuk "musuh" dan "kebencian." Baik itu peperangan rohani, tantangan terhadap nilai-nilai moral, ketidakadilan sosial, maupun permusuhan personal yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan atau pandangan hidup. Ayat ini mengingatkan kita bahwa keselamatan sejati datang dari Tuhan.
Yesus Kristus, Sang Mesias yang dinubuatkan dalam kidung Zakharia, telah datang untuk memberikan keselamatan yang paripurna. Melalui pengorbanan-Nya, Dia telah mengalahkan kuasa dosa dan maut, yang merupakan musuh terbesar umat manusia. Dia juga mengajar kita untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita, sebuah revolusi kasih yang membebaskan dari siklus kebencian. Keselamatan yang Dia tawarkan bukanlah sekadar pembebasan dari ancaman luar, tetapi juga transformasi hati yang memungkinkan kita untuk hidup dalam kasih, damai, dan kebenaran, bahkan di tengah kesulitan.
Oleh karena itu, Lukas 1:71 menjadi sumber penghiburan dan kekuatan yang tak ternilai. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan adalah Allah yang menyelamatkan, yang selalu hadir untuk melindungi umat-Nya dari segala bahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ini adalah janji ilahi yang memberi kita keberanian untuk menghadapi setiap tantangan hidup dengan iman yang teguh, mengetahui bahwa kita berada di dalam tangan-Nya yang penuh kasih dan kuasa.