"dan beribadah kepada-Nya tanpa takut dalam kesalehan dan kebenaran di hadapan-Nya, sepanjang hari-hari kami."
Ayat Lukas 1:75 adalah penggalan Firman Tuhan yang sungguh menginspirasi dan menjadi jangkar bagi iman orang percaya. Ayat ini bukan sekadar pengingat akan kewajiban ibadah, melainkan sebuah pernyataan janji yang mendalam tentang bagaimana Allah membimbing dan memampukan umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan. Kata-kata "beribadah kepada-Nya tanpa takut dalam kesalehan dan kebenaran di hadapan-Nya, sepanjang hari-hari kami" mengandung makna yang kaya dan relevan bagi kehidupan modern.
Frasa "tanpa takut" bukanlah berarti kehidupan tanpa tantangan atau godaan. Sebaliknya, ini menekankan keyakinan yang teguh bahwa dalam penyertaan Tuhan, kita memiliki keberanian untuk menghadapi segala sesuatu. Ketakutan sering kali muncul dari ketidakpastian, keraguan akan kemampuan diri, atau ancaman dari luar. Namun, ketika kita beribadah kepada Tuhan dengan hati yang tulus, kita diingatkan akan kekuatan-Nya yang tak terbatas dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai. Keberadaan-Nya yang agung dan kudus membuat ketakutan duniawi menjadi relatif kecil.
"Dalam kesalehan dan kebenaran" adalah dua pilar penting yang membentuk kehidupan yang berkenan di hadapan Allah. Kesalehan (eusebeia dalam bahasa Yunani) merujuk pada sikap hormat, pengabdian, dan kepedulian terhadap Tuhan. Ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi sebuah gaya hidup yang memprioritaskan hubungan dengan Sang Pencipta dalam segala aspek. Sementara itu, kebenaran (dikaiosyne) menunjuk pada tindakan yang adil, jujur, dan sesuai dengan kehendak Allah. Keduanya saling melengkapi; kesalehan tanpa kebenaran bisa menjadi kemunafikan, dan kebenaran tanpa kesalehan bisa menjadi sekadar kepatuhan hukum tanpa jiwa. Allah menginginkan kita untuk hidup dengan integritas moral yang berakar pada kasih dan penghormatan kepada-Nya.
Janji Allah dalam ayat ini bersifat progresif dan berkelanjutan: "sepanjang hari-hari kami." Ini menunjukkan bahwa anugerah dan tuntunan-Nya tidak terbatas pada momen-momen tertentu, melainkan tersedia setiap hari, setiap saat. Kita tidak dipanggil untuk hidup saleh dan benar hanya pada hari Minggu atau saat berada di lingkungan gereja, tetapi sepanjang seluruh rentang waktu keberadaan kita. Ini adalah panggilan untuk transformasi hidup yang menyeluruh, di mana iman kita memengaruhi pekerjaan, keluarga, relasi, dan setiap keputusan yang kita ambil. Kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya menjadi sumber kekuatan dan pengharapan kita untuk terus berjalan di jalan-Nya. Melalui kuasa Roh Kudus, kita diberi kemampuan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, semakin hari semakin menyerupai Kristus.
Memahami dan merenungkan Lukas 1:75 seharusnya mendorong kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam doa dan penyembahan yang tulus. Marilah kita menghidupi kebenaran dan kesalehan, bukan karena terpaksa, melainkan karena kita mengasihi Dia yang terlebih dahulu telah mengasihi kita. Dalam kesetiaan-Nya yang abadi, kita menemukan kedamaian dan keberanian untuk menjalani kehidupan yang memuliakan nama-Nya.