Dan ketika orang banyak berkerumun, Ia berkata, "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka mencari tanda, tetapi tidak akan diberikan tanda selain tanda Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda bagi orang Niniwe, demikian pula Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini.
Ayat yang terambil dari Injil Lukas pasal 11 ayat 16 ini menghadirkan sebuah momen krusial dalam pelayanan Yesus. Peristiwa ini terjadi di tengah kerumunan orang yang menyaksikan mukjizat dan ajaran-Nya. Namun, alih-alih penerimaan yang tulus, Yesus menghadapi penolakan dan tuntutan yang tidak sesuai dari sebagian orang yang disebut-Nya sebagai "angkatan yang jahat" dan "munafik". Mereka mencari tanda-tanda ajaib yang spektakuler, yang sekiranya dapat memuaskan rasa ingin tahu dan keinginan mereka untuk melihat sesuatu yang luar biasa, namun bukan untuk mengerti kebenaran yang disampaikan.
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa tanda yang akan diberikan kepada angkatan ini hanyalah "tanda Yunus". Perbandingan ini sangat mendalam. Yunus adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk memperingatkan kota Niniwe yang penuh dosa. Ia dilempar ke laut dan ditelan oleh seekor ikan besar, dan setelah tiga hari tiga malam, ia dimuntahkan kembali ke daratan dalam keadaan selamat. Peristiwa ini menjadi tanda pertobatan bagi penduduk Niniwe, yang akhirnya melepaskan murka Tuhan melalui pertobatan kolektif mereka. Sama halnya, Yesus sendiri, melalui kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya pada hari ketiga, akan menjadi tanda yang paling monumental. Kematian-Nya bukan akhir, melainkan awal dari sebuah era baru, sebuah bukti kuasa ilahi atas dosa dan maut. Kebangkitan-Nya adalah janji pengharapan dan kehidupan kekal bagi semua yang percaya.
Namun, yang menjadi inti dari perkataan Yesus adalah mengenai hati orang-orang yang mencari tanda. Mereka tidak mencari tanda untuk memahami siapa Yesus dan misi-Nya, melainkan untuk memuaskan keraguan atau bahkan untuk menjebak-Nya. Yesus seringkali menekankan bahwa tanda-tanda sejati bukanlah sekadar pertunjukan keajaiban, melainkan realitas Kerajaan Allah yang hadir melalui ajaran-Nya, penyembuhan-Nya, dan pengusiran setan-setan-Nya. Mencari tanda di luar konteks iman dan pertobatan adalah tindakan yang sia-sia. Orang-orang ini, dengan sikap munafik, gagal melihat kebenaran yang sudah terpampang di depan mata mereka. Mereka tertutup oleh prasangka dan keinginan duniawi, sehingga tidak mampu mengenali Sang Mesias yang hadir di antara mereka.
Pelajaran dari Lukas 11:16 tetap relevan hingga kini. Kita diingatkan untuk tidak menjadi seperti angkatan yang menuntut tanda, melainkan untuk memiliki hati yang terbuka dan rendah hati untuk menerima kebenaran yang telah dinyatakan. Tanda terbesar telah diberikan, yaitu melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Pertanyaan bagi kita adalah: Apakah kita melihat tanda ini sebagai kebenaran yang menyelamatkan, atau hanya sebagai kisah luar biasa yang tidak mengubah hidup kita? Marilah kita merenungkan panggilan untuk beriman bukan hanya pada tanda-tanda fisik, tetapi pada kuasa ilahi yang bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagaimana ditunjukkan oleh Anak Manusia. Kitalah yang seharusnya merespons dengan pertobatan dan iman yang tulus.
Pelajari lebih lanjut tentang Lukas 11:16 di SABDA.