Lukas 18:26 - Apa yang Mustahil Bagi Manusia?

"Kata mereka: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?""

Ayat Lukas 18:26 merupakan respons yang penuh keterkejutan dari para murid Yesus ketika mendengar ajaran-Nya tentang betapa sulitnya orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Konteksnya adalah percakapan Yesus dengan seorang pemimpin agama yang kaya, yang telah memelihara hukum Taurat sejak masa mudanya, namun masih merasa ada sesuatu yang kurang. Ketika Yesus menyuruhnya menjual segala miliknya, memberikannya kepada orang miskin, lalu mengikut Dia, orang itu pergi dengan hati yang sedih karena ia sangat kaya.

Reaksi para murid yang kemudian mengajukan pertanyaan dalam Lukas 18:26 ini menunjukkan betapa beratnya konsep tersebut bagi pemahaman mereka. Dalam budaya saat itu, kekayaan seringkali dianggap sebagai tanda berkat dan perkenanan dari Allah. Maka, gagasan bahwa kekayaan bisa menjadi penghalang keselamatan adalah sesuatu yang sangat kontraintuitif dan membingungkan. Mereka melihat betapa berkuasanya uang dalam masyarakat, dan jika orang yang punya banyak uang saja sulit masuk surga, lalu siapa lagi yang punya kesempatan? Pertanyaan "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" mencerminkan keputusasaan dan kebingungan mendalam yang mereka rasakan.

Jawaban Yesus, yang tercatat dalam ayat berikutnya, Lukas 18:27, memberikan titik terang: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." Kalimat ini adalah kunci untuk memahami ayat sebelumnya. Yesus tidak mengatakan bahwa keselamatan tidak mungkin, tetapi menegaskan bahwa kekuatan manusia sendiri, termasuk kekayaan atau kebajikan moral, tidaklah cukup untuk mencapai keselamatan. Ketergantungan pada diri sendiri, pada aset duniawi, atau pada usaha pribadi justru menjadi penghalang.

Implikasi dari Lukas 18:26 dan 27 sangat mendalam bagi setiap individu. Ini menantang pandangan dunia yang seringkali mengagungkan kekayaan materi dan kesuksesan duniawi sebagai ukuran nilai seseorang. Sebaliknya, Yesus mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah ilahi yang tidak dapat dibeli atau dicapai melalui usaha manusia semata. Keselamatan berasal dari kedaulatan dan kasih karunia Allah.

Kekayaan, dalam banyak kasus, dapat menciptakan rasa aman yang palsu, keterikatan pada hal-hal duniawi, dan kesombongan yang membuat seseorang sulit untuk merendahkan diri dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Namun, bukan berarti orang kaya tidak bisa diselamatkan. Yesus sedang menekankan bahwa hati harus benar-benar terpaut pada Allah, bukan pada harta benda. Kesulitan bukan terletak pada memiliki kekayaan itu sendiri, tetapi pada keterikatan hati yang menjadi penyebabnya.

Bagi para murid dan bagi kita hari ini, ayat ini adalah pengingat penting. Keselamatan adalah karya Allah yang luar biasa, yang melampaui kemampuan manusia. Ketika kita merasa tidak mampu atau putus asa, ingatlah bahwa di hadirat Allah, segala sesuatu mungkin. Fokuslah untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, dan percayakan keselamatan kita kepada-Nya, bukan pada kekuatan atau kepunyaan kita sendiri. Ini adalah ajaran yang membebaskan, memanggil kita untuk mencari harta yang sesungguhnya di surga, bukan di bumi.

Mungkin bagi Allah Lukas 18:27 Kemustahilan Harapan
Representasi visual dari konsep "Mungkin bagi Allah" dalam menghadapi kesulitan.