Lukas 18:36 - Mendengar Suara Kristus

"Dan ia bertanya: "Siapakah gerangan Dia, Tuhan, supaya aku dapat disembuhkan?""

Ilustrasi seseorang mendengarkan SUARA

Ayat Lukas 18:36 menggambarkan momen krusial dalam perjalanan Yesus Kristus yang dipenuhi dengan interaksi dan pengajaran mendalam. Dalam konteks ini, seorang buta yang duduk di tepi jalan mendengarkan keramaian yang lewat. Ketika ia mendengar Yesus melintas, ia mulai berseru dengan suara keras, memohon agar ia dapat disembuhkan. Kegigihannya menarik perhatian Yesus, dan inilah momen ketika ia akhirnya dapat berinteraksi langsung dengan Sang Juruselamat. Pertanyaannya, "Siapakah gerangan Dia, Tuhan, supaya aku dapat disembuhkan?", bukan sekadar pertanyaan fisik, tetapi merupakan ekspresi kerinduan jiwa yang mendalam untuk dipertemukan dengan sumber kesembuhan ilahi.

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan kebisingan dan kesibukan, pesan dari ayat ini menjadi semakin relevan. Kita seringkali dikelilingi oleh suara-suara duniawi yang berlomba-lomba menarik perhatian kita: informasi yang tak henti-hentinya dari media sosial, tuntutan pekerjaan, dan bahkan percakapan sehari-hari. Di tengah hiruk pikuk ini, suara Kristus bisa saja terdengar samar atau bahkan tenggelam. Namun, seperti orang buta di tepi jalan, kita pun memiliki kesempatan untuk mengarahkan pendengaran kita kepada-Nya.

Menemukan dan mendengar suara Kristus membutuhkan usaha yang disengaja. Ini bukan sesuatu yang terjadi secara pasif. Dibutuhkan keinginan yang kuat, sebuah kerinduan hati yang serupa dengan orang buta itu. Kita perlu secara aktif mencari waktu untuk hening, untuk merenung, dan untuk berdoa. Alkitab adalah salah satu cara utama Tuhan berbicara kepada kita. Membacanya dengan pikiran terbuka dan hati yang siap menerima, memungkinkan Firman Tuhan menembus kebisingan dunia dan berbicara langsung kepada roh kita.

Lebih dari sekadar mendengar, mendengarkan suara Kristus berarti meresponinya. Orang buta itu tidak hanya mendengar tentang Yesus; ia berseru kepada-Nya. Ia tidak berdiam diri ketika kesempatan datang. Demikian pula, ketika kita mendengar panggilan Tuhan melalui Firman-Nya, melalui dorongan Roh Kudus, atau melalui kebutuhan sesama, kita dipanggil untuk bertindak. Respon ini bisa berupa perubahan sikap, pengampunan, pelayanan, atau sekadar mempercayakan kekhawatiran kita kepada-Nya. Setiap tindakan ketaatan adalah bukti bahwa kita benar-benar mendengarkan dan menghargai suara-Nya.

Menemukan kembali fokus pada Yesus di tengah distraksi dunia adalah sebuah perjalanan. Seperti orang buta yang mencari sumber kesembuhan, kita pun dapat mencari sumber kedamaian, kekuatan, dan kebenaran dalam diri Kristus. Dengan hati yang terbuka, keinginan yang tulus, dan kesediaan untuk mendengarkan serta merespon, kita dapat mengalami pemulihan yang mendalam, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan emosional, seperti yang dialami oleh orang yang berseru kepada Yesus di tepi jalan itu. Suara-Nya senantiasa memanggil, menunggu kita untuk memperlambat langkah, mendengarkan, dan menemukan kehidupan yang sejati dalam persekutuan dengan-Nya.