Lukas 19:16 - Pelajaran dari Hamba yang Setia

"Lalu hamba yang kelima datang dan berkata: Tuan, mina tuan sudah memberi hasil sepuluh mina."

Ayat Lukas 19:16 menceritakan tentang salah satu dari hamba dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. Dalam perumpamaan ini, seorang bangsawan akan pergi ke negeri yang jauh untuk dinobatkan sebagai raja. Sebelum berangkat, ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan masing-masing satu mina, sebuah satuan mata uang kuno, dengan pesan agar mereka mengusahakannya selagi ia pergi. Kepulangan sang bangsawan menjadi momen pertanggungjawaban bagi para hambanya.

Hamba yang kelima, seperti yang disebutkan dalam ayat ini, datang menghadap tuannya dan melaporkan hasil usahanya. Ia dengan bangga menyatakan, "Tuan, mina tuan sudah memberi hasil sepuluh mina." Pernyataannya menunjukkan bahwa ia telah berhasil melipatgandakan mina yang diberikan kepadanya. Ia tidak hanya menjaga apa yang telah dipercayakan kepadanya, tetapi juga dengan tekun dan cerdas mengembangkannya hingga menghasilkan keuntungan yang signifikan.

Kisah ini bukan sekadar cerita tentang pengelolaan uang, melainkan sebuah alegori tentang tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan kepada umat-Nya. Setiap orang diberi talenta, kemampuan, kesempatan, dan anugerah oleh Tuhan. Perumpamaan ini mengajarkan kita pentingnya kesetiaan dan kedisiplinan dalam mengelola apa yang telah Tuhan percayakan. Hamba yang kelima tidak menyia-nyiakan mina tersebut, melainkan ia aktif mengusahakannya. Ia menunjukkan proaktivitas, ketekunan, dan mungkin juga keberanian dalam mengambil risiko yang diperhitungkan.

Kita dapat belajar banyak dari hamba yang kelima ini. Dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan mempercayakan berbagai hal kepada kita: waktu, sumber daya, hubungan, bahkan talenta spiritual. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita mengelola semua itu? Apakah kita hanya menyimpannya tanpa mengembangkan, ataukah kita mengusahakannya dengan sungguh-sungguh, mencari cara untuk membuat semuanya bertumbuh dan berkembang demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama? Kesetiaan dalam hal-hal kecil seringkali menjadi ukuran kesetiaan dalam hal-hal yang lebih besar.

Perkataan hamba yang kelima mencerminkan rasa tanggung jawab yang besar dan hasil kerja keras yang nyata. Ia tidak datang dengan alasan atau keluhan, melainkan dengan laporan pencapaian. Hal ini mengingatkan kita bahwa Tuhan menghargai usaha dan kesetiaan. Ketika kita setia mengelola anugerah Tuhan, kita tidak hanya menyenangkan hati-Nya, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa depan, sebagaimana yang terjadi pada hamba-hamba yang berhasil dalam perumpamaan tersebut. Mari kita renungkan bagaimana kita dapat menjadi hamba yang setia dan produktif dalam segala aspek kehidupan kita, meneladani semangat hamba yang kelima ini.