Lukas 20:12 - Kasihilah Musuhmu

"Tetapi Yesus menjawab mereka: 'Bapa-Ku terus bekerja sampai sekarang, dan Akupun terus bekerja.'"

Simbol Bekerja dan Berdoa

Ayat dari Lukas 20:12 ini, meskipun sering disalahartikan atau dikutip di luar konteks, sebenarnya berbicara tentang otoritas dan pekerjaan yang berkelanjutan. Dalam konteks Injil Lukas, ayat ini muncul saat Yesus sedang mengajar di Bait Suci, setelah Dia menjawab berbagai pertanyaan dan tantangan dari para pemimpin agama. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali bertujuan untuk menjebak-Nya atau meragukan keilahian-Nya.

Ketika Yesus membandingkan pekerjaan-Nya dengan pekerjaan Bapa-Nya yang terus-menerus bekerja, Dia sedang menegaskan bahwa pekerjaan-Nya bukanlah pekerjaan biasa. Bapa bekerja tanpa henti, dan demikian pula Anak-Nya. Ini adalah penegasan yang kuat tentang keilahian-Nya dan misi ilahi yang sedang Dia jalankan. Pekerjaan ini mencakup mengajar, menyembuhkan, memperdamaikan manusia dengan Allah, dan akhirnya menebus dosa manusia.

Meskipun ayat ini tidak secara langsung berbicara tentang "kasihilah musuhmu", tema kasih dan pengampunan adalah inti dari ajaran Yesus. Konteks di mana ayat ini muncul seringkali melibatkan konflik dan oposisi terhadap Yesus. Dalam menghadapi tantangan dan permusuhan, Yesus tetap teguh pada misi-Nya, yang pada akhirnya adalah misi kasih. Dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan terus melakukan pekerjaan Bapa-Nya, yang adalah pekerjaan kasih dan penyelamatan.

Bagi kita yang merenungkan ayat ini, ada pelajaran penting. Pertama, kita diingatkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan kerja keras dan ketekunan, sebagaimana Bapa dan Yesus terus bekerja. Kedua, dalam menghadapi kesulitan, penolakan, atau bahkan permusuhan dari orang lain, kita dipanggil untuk meneladani Yesus. Alih-alih terpancing emosi negatif, kita dapat memilih untuk tetap fokus pada "pekerjaan" yang telah dipercayakan kepada kita, yang seringkali mencakup tindakan kasih, kebaikan, dan pelayanan. Lukas 20:12 mengingatkan kita akan keseriusan misi ilahi yang terkandung dalam kasih.

Prinsip untuk mengasihi sesama, bahkan yang memusuhi kita, adalah ajaran sentral Yesus. Ini bukan berarti kita harus menerima atau membenarkan tindakan yang salah. Namun, ini berarti kita dipanggil untuk merespons dengan kasih, belas kasihan, dan kebaikan, sebagaimana Bapa di surga juga terus bekerja dalam memberikan matahari dan hujan kepada semua orang. Pekerjaan ilahi ini adalah contoh tertinggi dari kasih yang tanpa syarat, yang seharusnya kita tiru dalam interaksi kita sehari-hari.