Lukas 21:38 - Peringatan untuk Selalu Berjaga

"Dan pada waktu pagi Ia mengajar di Bait Allah, tetapi pada waktu malam Ia keluar dan bermalam di Bukit Zaitun."

Ayat Lukas 21:38, meskipun singkat, menyimpan makna yang mendalam mengenai gaya hidup dan prioritas Yesus Kristus. Penggalan firman ini menggambarkan bagaimana Yesus menjalani hari-harinya, membagi waktu antara mengajar di tempat suci dan mencari ketenangan serta kedekatan dengan Bapa Surgawi di tempat yang lebih terpencil. Ini bukan sekadar catatan geografis, melainkan sebuah pelajaran rohani yang relevan bagi setiap orang yang ingin hidup dekat dengan Tuhan.

Bagian pertama, "Dan pada waktu pagi Ia mengajar di Bait Allah," menunjukkan komitmen Yesus terhadap pelayanan publik dan pengajaran. Bait Allah adalah pusat ibadah dan pendidikan bagi umat Yahudi. Kehadiran Yesus di sana setiap pagi menunjukkan dedikasi-Nya untuk menyebarkan firman Tuhan, membimbing umat-Nya, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Ini adalah gambaran pelayanan yang proaktif, menjangkau banyak orang dengan ajaran-ajaran-Nya yang penuh kasih dan kebenaran. Pengajaran-Nya bukan sekadar retorika, melainkan membawa otoritas ilahi yang menyentuh hati dan mengubah kehidupan.

Namun, yang tidak kalah penting adalah bagian kedua: "tetapi pada waktu malam Ia keluar dan bermalam di Bukit Zaitun." Ini menggarisbawahi pentingnya waktu pribadi bersama Tuhan. Bukit Zaitun, di luar keramaian Yerusalem, menjadi tempat di mana Yesus bisa menyendiri. Di sanalah Ia mungkin berdoa dengan tekun, merenungkan kehendak Bapa, dan memulihkan kekuatan rohani-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa pelayanan yang efektif dan kehidupan rohani yang kuat tidak dapat dipisahkan dari waktu intim dan pribadi dengan Tuhan. Tanpa jeda untuk "mengisi ulang," kita berisiko kelelahan dan kehilangan arah.

Pola hidup Yesus ini memberikan teladan yang kuat bagi kita. Di tengah kesibukan dunia yang terus menuntut perhatian kita, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun pelayanan, penting untuk meneladani Yesus. Kita perlu memiliki waktu untuk mengajar dan melayani sesama, tetapi juga sama pentingnya untuk meluangkan waktu untuk berdoa dan merenung dalam kesendirian. Ini adalah keseimbangan yang krusial. Tanpa waktu pribadi dengan Tuhan, ajaran kita mungkin kehilangan kedalaman, dan semangat pelayanan kita bisa padam.

Lukas 21:38 mengingatkan kita bahwa kehadiran Tuhan bisa ditemukan baik di tengah keramaian saat kita melayani, maupun dalam kesunyian saat kita merenung. Kedua aspek ini saling melengkapi. Pengalaman di Bait Allah memberikan perspektif duniawi dan kebutuhan umat manusia, sementara waktu di Bukit Zaitun memberikan perspektif ilahi dan kekuatan spiritual. Marilah kita belajar dari teladan Yesus untuk menyeimbangkan kedua aspek kehidupan ini, agar kita dapat terus bertumbuh dalam iman dan menjadi berkat bagi dunia.