Lukas 23:7 - Yesus Diperhadapkan ke Herodes

"Dan ketika Ia [Yesus] tahu bahwa Ia berada di wilayah kekuasaan Herodes, Ia diserahkan-Nya kepada Herodes, karena Yerusalem pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Herodes."

Yesus Galilea Yudea

Gambar SVG sederhana menggambarkan Yesus di tengah, dengan panah menuju ke arah wilayah kekuasaan Herodes, melambangkan pemindahan kasus Yesus.

Perikopa Lukas 23:7 membuka sebuah babak baru dalam kisah pengadilan Yesus yang penuh dramatis. Setelah Yesus diadili oleh Mahkamah Agama Yahudi dan Pilatus, penguasa Romawi di Yudea, nasib-Nya terlempar ke tangan yang lain. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa Yesus, ketika diketahui berada di wilayah kekuasaan Herodes Antipas, segera diserahkan kepada sang penguasa. Hal ini menunjukkan kompleksitas politik dan yurisdiksi yang melingkupi situasi Yesus saat itu. Yerusalem, pusat pemerintahan Yahudi, pada masa itu memang berada di bawah pengawasan ganda, yaitu otoritas Romawi yang diwakili oleh Pilatus, dan juga otoritas lokal yang dipegang oleh raja-raja klien Romawi, seperti Herodes Antipas.

Herodes Antipas adalah penguasa wilayah Galilea dan Perea. Ia adalah anak dari Herodes Agung, yang terkenal karena memerintahkan pembunuhan bayi-bayi di Betlehem. Herodes Antipas sendiri dikenal karena kehidupannya yang penuh kontroversi, termasuk menikahi Herodias, istri saudaranya, yang dikecam oleh Yohanes Pembaptis, yang kemudian berakhir dengan kepala Yohanes dipenggal. Kehadiran Yesus di wilayah yang berada di bawah kekuasaan Herodes, atau setidaknya kemungkinan adanya pengadilan di sana, menambah lapisan kesulitan dalam proses hukum yang dialami-Nya. Ini bukanlah sekadar kasus pidana biasa, melainkan melibatkan dinamika kekuasaan antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan agenda masing-masing.

Keputusan untuk menyerahkan Yesus kepada Herodes bukanlah sekadar formalitas, melainkan bisa jadi merupakan upaya Pilatus untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atas kasus yang mungkin dianggapnya sebagai urusan internal Yahudi, atau sekadar cara untuk menguji apakah Herodes memiliki pandangan yang berbeda mengenai Yesus. Bagi Herodes sendiri, kesempatan untuk bertemu dengan Yesus mungkin merupakan sumber rasa ingin tahu yang besar. Ia telah lama mendengar tentang mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus, dan konon ia berharap dapat melihat-Nya melakukan suatu tanda ajaib. Namun, pertemuan ini justru berujung pada keheningan dari pihak Yesus sendiri.

Ayat ini menggarisbawahi kerapuhan posisi Yesus di tengah pusaran intrik politik dan keagamaan. Ia, sang Anak Allah, yang seharusnya disembah dan dihormati, kini diperlakukan sebagai objek politik yang bisa dipindahkan dari satu penguasa ke penguasa lain. Tidak ada pembelaan yang kuat, tidak ada keadilan yang sejati. Keputusan Pilatus untuk menyerahkan Yesus kepada Herodes merupakan cerminan dari bagaimana kekuasaan dunia sering kali mengabaikan kebenaran dan keadilan ilahi. Pengadilan di hadapan Herodes ini, meskipun singkat, menjadi bagian penting dari narasi penderitaan Yesus, yang menegaskan bahwa Dia datang untuk menebus dunia, bukan untuk menguasai takhta duniawi. Ketidakpedulian Herodes terhadap klaim-klaim Yesus yang fundamental, dan akhirnya mengirim-Nya kembali ke Pilatus, menunjukkan betapa dangkalnya pemahaman para penguasa terhadap misi Ilahi yang dibawa oleh Yesus.