Lukas 5:29

"Kemudian Lewi mengadakan perjamuan besar untuk Dia di rumahnya..." (Lukas 5:29a)

Ayat Lukas 5:29 mencatat sebuah momen penting dalam pelayanan Yesus Kristus: sebuah perjamuan besar yang diadakan oleh Lewi, seorang pemungut cukai, untuk menghormati Sang Juru Selamat. Kejadian ini tidak hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga menyimpan makna teologis dan sosial yang mendalam, serta memberikan pelajaran berharga bagi kita hingga kini. Perjamuan ini menjadi titik balik dalam kehidupan Lewi dan menjadi simbol penerimaan serta kasih Yesus terhadap mereka yang dianggap terpinggirkan oleh masyarakat.

Pada masa itu, para pemungut cukai memiliki reputasi yang sangat buruk di kalangan masyarakat Yahudi. Mereka dianggap sebagai pengkhianat karena bekerja untuk kekaisaran Romawi yang menindas, dan sering kali dicurigai melakukan korupsi serta pemerasan. Akibatnya, mereka sering kali dikucilkan secara sosial dan dianggap najis. Namun, Yesus, dengan kebijaksanaan dan belas kasihan-Nya yang luar biasa, tidak ragu untuk bergaul dengan mereka. Keputusan Yesus untuk menerima undangan Lewi menunjukkan bahwa Dia datang untuk semua orang, tanpa memandang status sosial, latar belakang, atau dosa masa lalu.

Perjamuan yang diadakan Lewi ini bisa diartikan sebagai ungkapan syukur dan penghargaan atas panggilan Yesus. Lewi, yang sebelumnya hidup dalam pekerjaan yang dipandang rendah dan mungkin penuh dengan rasa bersalah, kini dipanggil oleh Yesus untuk menjadi salah satu murid-Nya. Panggilan ini adalah kesempatan untuk meninggalkan cara hidup lama dan memulai lembaran baru. Mengadakan perjamuan besar adalah cara Lewi untuk menunjukkan rasa terima kasihnya dan juga untuk memperkenalkan Yesus kepada teman-teman sesama pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya yang mungkin hadir.

Reaksi para ahli Taurat dan orang Farisi terhadap perjamuan ini patut diperhatikan. Mereka menggerutu kepada murid-murid Yesus, bertanya mengapa Yesus makan dan minum bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Pertanyaan ini mencerminkan pandangan dunia mereka yang legalistik dan eksklusif, di mana mereka merasa diri paling benar dan memisahkan diri dari orang-orang yang mereka anggap berdosa. Namun, Yesus memberikan jawaban yang sangat penting, "Aku datang bukan untuk orang benar, melainkan untuk orang berdosa, supaya mereka bertobat." Jawaban ini menegaskan misi utama Yesus, yaitu membawa keselamatan dan pemulihan bagi setiap jiwa yang mau bertobat dan berbalik kepada-Nya.

Kisah ini mengajarkan kita tentang inklusivitas kasih Kristus. Yesus tidak memandang rendah siapapun. Dia bersedia mendekati orang-orang yang terbuang, memberikan mereka kesempatan untuk diperbarui, dan menunjukkan bahwa setiap orang berharga di mata Tuhan. Perjamuan bersama Lewi dan rekan-rekannya adalah bukti nyata dari kasih yang tanpa syarat itu. Ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk tidak menghakimi orang lain berdasarkan penampilan luar atau status sosial, melainkan untuk menunjukkan belas kasih dan kerelaan untuk berbagi kebaikan, sebagaimana Yesus telah tunjukkan kepada kita. Peristiwa ini adalah sebuah undangan abadi untuk semua orang, termasuk kita, untuk mendekat kepada Kristus, meninggalkan beban masa lalu, dan merayakan kehidupan baru dalam persekutuan dengan-Nya.