Ayat Lukas 7:20 menampilkan momen krusial dalam pelayanan Yesus. Yohanes Pembaptis, yang telah ditangkap dan dipenjarakan oleh Herodes Antipas, mendengar tentang perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Yesus. Berada dalam ketidakpastian mengenai nasibnya dan mungkin juga mengenai identitas Yesus yang sebenarnya, Yohanes mengutus dua muridnya untuk menemui Yesus. Pertanyaan yang diajukan, "Apakah Engkau orang yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?", bukanlah keraguan pribadi Yohanes, melainkan sebuah cara untuk mengkonfirmasi mandat ilahi Yesus kepada pengikutnya, dan pada akhirnya, kepada orang banyak.
Pertanyaan ini merujuk pada nubuat para nabi Perjanjian Lama, khususnya tentang kedatangan Mesias. Umat Yahudi pada masa itu sangat menantikan kedatangan seorang penyelamat yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dan memulihkan kerajaan Israel. Yohanes, sebagai utusan yang mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias, perlu memastikan bahwa Yesus adalah pribadi yang mereka nantikan. Ini adalah momen ketika keyakinan harus diuji dan dikonfirmasi melalui bukti nyata.
Yesus tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung dengan "Ya" atau "Tidak". Sebaliknya, Dia menunjukkan karya-karya-Nya. Lukas 7:21-22 mencatat respons Yesus: "Pada waktu itu juga Ia menyembuhkan banyak orang dari penyakit mereka, dari penderitaan mereka, dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Lalu jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah, sampaikanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta đibebaskan, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.""
Jawaban Yesus ini sangat strategis. Dia memberikan bukti-bukti konkret, yaitu mukjizat-mukjizat yang melampaui kemampuan manusia biasa. Mukjizat-mukjizat ini, seperti menyembuhkan orang buta, melumpuhkannya, mengusir roh jahat, dan membangkitkan orang mati, adalah tanda-tanda yang telah dinubuatkan akan menyertai kedatangan Mesias. Dengan demikian, Yesus bukan hanya menjawab pertanyaan Yohanes, tetapi juga memvalidasi identitas-Nya dan misi-Nya sebagai Sang Mesias yang dijanjikan.
Peristiwa ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman yang didasarkan pada bukti, tetapi juga tentang bagaimana menghadapi keraguan. Yohanes, meski seorang nabi besar, tidak ragu untuk mencari kejelasan. Yesus, di sisi lain, tidak menghakimi keraguan itu, melainkan menuntun kepada pemahaman yang lebih dalam melalui perbuatan kasih dan kuasa-Nya. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus bukan sekadar demonstrasi kekuatan, melainkan ekspresi belas kasih-Nya terhadap penderitaan manusia dan konfirmasi dari klaim-Nya.
Bagi kita hari ini, Lukas 7:20 mengingatkan bahwa iman bukanlah buta. Iman kita dapat diperkuat oleh kesaksian firman Tuhan, pengalaman pribadi dengan kasih-Nya, dan karya-Nya di dunia. Ketika kita menghadapi pertanyaan atau keraguan, kita dapat belajar dari Yohanes untuk mencari kebenaran dan dari Yesus untuk menemukan jawaban dalam tindakan nyata yang mencerminkan keilahian dan belas kasihan-Nya. Ini adalah panggilan untuk terus tumbuh dalam pengenalan akan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat yang selalu hadir dan bekerja dalam kehidupan kita.