Lukas 7:33 - Ketaatan vs. Pengabaian

"Sebab Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan."

Memahami Konteks Lukas 7:33

Ayat Lukas 7:33 merupakan bagian dari narasi yang lebih luas di mana Yesus berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Yesus sedang membandingkan cara orang bereaksi terhadap pelayanan Yohanes dengan cara mereka bereaksi terhadap pelayanan-Nya sendiri. Dalam konteks ini, ayat ini secara spesifik menyoroti ketidakpuasan dan kritik yang dilontarkan oleh generasi tertentu terhadap Yohanes Pembaptis, meskipun pelayanannya memiliki ciri khas yang berbeda dari norma umum.

Yohanes Pembaptis dikenal dengan gaya hidupnya yang asketis. Ia hidup di padang gurun, mengenakan pakaian dari bulu unta, dan makan belalang serta madu hutan. Kebiasaan makan dan minumnya sangat terbatas, sangat berbeda dari gaya hidup orang-orang sezamannya di kota yang cenderung lebih boros dan merayakan pesta makan. Sikap Yohanes ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah kesengajaan untuk menunjukkan keseriusan dan kesucian panggilannya sebagai nabi yang mempersiapkan jalan bagi Mesias. Ia ingin memisahkan diri dari kenikmatan duniawi agar fokus sepenuhnya pada pesan pertobatan dan penghakiman yang disampaikannya.

Kritik yang Salah Arah

Namun, alih-alih melihat dedikasi dan kesungguhan Yohanes, banyak orang justru menafsirkan gaya hidupnya yang unik sebagai tanda gangguan atau bahkan kerasukan setan. Frasa "Ia kerasukan setan" adalah tuduhan yang sangat serius pada masa itu. Ini menunjukkan betapa dangkalnya pemahaman dan penilaian mereka. Mereka tidak mampu melihat Roh Allah yang bekerja melalui Yohanes, melainkan hanya melihat keanehan dari luar.

Yesus menggunakan perbandingan ini untuk menunjukkan sebuah prinsip penting: orang-orang pada masa itu sangat sulit untuk ditangani. Ketika Yohanes datang dengan gaya hidup asketis, mereka mengkritiknya. Kelak, ketika Yesus sendiri datang dengan gaya hidup yang lebih sosial, makan dan minum bersama orang banyak, termasuk para pemungut cukai dan orang berdosa, mereka juga mengkritiknya, menyebut-Nya sebagai "pemakan roti dan peminum anggur, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Lukas 7:34). Keduanya dikritik dari sudut pandang yang berlawanan, menunjukkan bahwa masalahnya bukan pada Yohanes atau Yesus, melainkan pada hati dan prasangka orang-orang yang menilai.

Pelajaran bagi Kita

Lukas 7:33, bersama dengan ayat-ayat di sekitarnya, mengajarkan kita tentang bahaya prasangka dan penilaian yang dangkal. Kita sering kali cenderung menilai orang lain berdasarkan penampilan luar atau kebiasaan yang tidak kita pahami. Kita mungkin dengan mudah melabeli seseorang hanya karena mereka berbeda dari kita, atau karena mereka memilih cara hidup yang tidak konvensional untuk melayani Tuhan.

Pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya untuk melihat melampaui permukaan. Kita perlu berdoa memohon hikmat agar dapat memahami motivasi dan panggilan seseorang. Dalam konteks iman, ini berarti kita perlu menghargai keragaman cara orang melayani Tuhan. Tidak semua pelayanan harus terlihat sama. Ada yang dipanggil untuk pelayanan yang sunyi di padang gurun, ada yang dipanggil untuk bersosialisasi di tengah kota. Yang terpenting adalah ketaatan kepada panggilan Tuhan dan buah dari pelayanan tersebut.

Perhatikanlah bagaimana Yesus menekankan bahwa orang pada masa itu tidak bisa "disenangkan" dengan cara apa pun yang mereka tunjukkan. Ini adalah peringatan bagi kita untuk tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama, mengkritik mereka yang melayani Tuhan dengan cara yang berbeda, atau bahkan mengabaikan kebenaran karena penolakan pribadi terhadap cara penyampaiannya. Ketaatan sejati diukur dari respons hati terhadap kebenaran Allah, bukan dari kesesuaian dengan ekspektasi duniawi atau standar pribadi.