Kehangatan Kasih dan Pengorbanan

Markus 14:2 - Pengurapan Yesus oleh Seorang Perempuan

"Hendaklah kamu berbuat demikian agar orang-orang yang kemudian hari akan percaya, juga dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh perempuan ini."

Ayat Markus 14:2 ini terukir dalam ingatan banyak orang karena menggambarkan sebuah momen penting dan penuh makna dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus. Peristiwa ini terjadi beberapa saat sebelum Paskah, ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si Kusta. Seorang perempuan, yang kemudian diidentifikasi sebagai Maria, saudari Lazarus, masuk ke dalam rumah dan membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal harganya. Ia memecahkan buli-buli itu dan menuangkannya ke atas kepala Yesus.

Tindakan ini tentu saja menimbulkan kehebohan. Beberapa orang yang hadir merasa kesal dan menganggap tindakan itu sebagai pemborosan. Mereka berkata, "Untuk apa pemborosan minyak wangi ini? Minyak ini dapat dijual dengan harga tinggi dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin." Perkataan mereka menunjukkan perspektif duniawi yang lebih mengutamakan materi dan manfaat langsung. Mereka melihat nilai dari minyak wangi itu dari segi harga dan potensi penggunaannya yang lain.

Namun, Yesus, yang selalu melihat melampaui apa yang terlihat, segera membela tindakan perempuan tersebut. Ia berkata, "Mengapa kamu mengganggunya? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat berbuat baik kepada mereka kapan saja kamu mau, tetapi Aku tidak selalu ada padamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Ia telah lebih dahulu mengurapi tubuh-Ku untuk penguburan-Nya."

Kata-kata Yesus ini memberikan dimensi yang luar biasa pada tindakan Maria. Pengurapan itu bukan sekadar tindakan penghormatan biasa, melainkan persiapan simbolis untuk kematian dan penguburan-Nya. Maria, dengan kepekaan rohani yang luar biasa, tampaknya memahami bahwa waktunya bersama Yesus semakin singkat. Minyak wangi yang mahal itu menjadi simbol pengorbanan cinta yang murni dan tak ternilai, dipersembahkan kepada Sang Juru Selamat sebelum Ia menghadapi penderitaan-Nya.

Pesan dalam Markus 14:2 ini sangat relevan bagi kehidupan bergereja dan pribadi kita. Yesus tidak melarang kemurahan hati kepada orang miskin, justru Ia mengajar kita untuk selalu peduli. Namun, Ia juga ingin kita memahami bahwa ada waktu-waktu di mana prioritas kita harus diarahkan pada pengabdian dan penghormatan kepada-Nya, bahkan jika itu terlihat tidak "praktis" atau "ekonomis" di mata dunia. Maria memberikan yang terbaik yang ia miliki, sebuah persembahan yang tulus dari hati yang mengasihi.

Pelajaran penting yang dapat diambil adalah tentang prioritas dan kasih yang tulus. Terkadang, kita mungkin tergoda untuk mengecilkan makna dari tindakan-tindakan pengabdian yang tidak menghasilkan keuntungan materiil langsung. Namun, Yesus menegaskan bahwa tindakan kasih yang dipersembahkan kepada-Nya, yang berasal dari hati yang mengerti dan mengasihi, memiliki nilai kekal. Perkataan Yesus, "Hendaklah kamu berbuat demikian agar orang-orang yang kemudian hari akan percaya, juga dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh perempuan ini," mengundang kita untuk meneladani Maria dalam memberikan yang terbaik bagi Kristus, bukan karena paksaan, tetapi karena dorongan kasih dan pemahaman akan kebenaran-Nya.