"Dan ketika Ia kembali, Ia mendapati mereka sedang tidur; dan Ia berkata kepada Petrus: "Simon, apakah engkau tidur? Tidakkah engkau dapat berjaga-jaga satu jam saja?"
Ayat Markus 14:40 membukakan sebuah jendela unik ke dalam momen krusial dalam kehidupan Yesus dan para murid-Nya. Peristiwa ini terjadi di Taman Getsemani, tepat sebelum penangkapan Yesus. Di tengah malam yang sunyi, Yesus sedang bergumul dalam doa yang begitu intens, merasakan beban dosa dunia di pundak-Nya. Ia telah berulang kali memohon kepada Bapa agar cawan penderitaan ini dijauhkan, namun dengan kepasahan yang mendalam, Ia menyerahkan kehendak-Nya, "Tetapi janganlah apa yang Kukehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki."
Dalam pergumulan spiritual yang luar biasa ini, Yesus meminta tiga murid terdekat-Nya, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes, untuk berjaga-jaga dan berdoa bersama-Nya. Permintaan ini sederhana namun sangat penting. Yesus membutuhkan dukungan, doa, dan kesaksian dari mereka di saat-saat terberat-Nya. Dukungan moral dan spiritual dari para sahabat terdekat seharusnya menjadi penopang yang sangat berarti. Namun, ironisnya, ketika Yesus kembali dari doa-Nya, Ia mendapati mereka tertidur.
Yesus kemudian menegur Petrus dengan lembut namun penuh kekecewaan, "Simon, apakah engkau tidur? Tidakkah engkau dapat berjaga-jaga satu jam saja?" Kata-kata ini bukan sekadar teguran karena ketidakpatuhan, tetapi lebih dalam lagi, ini adalah ungkapan rasa sakit hati Sang Mesias. Di saat-saat genting, ketika Ia membutuhkan kekuatan doa dari para pengikut terdekat-Nya, mereka justru terlelap. Ini menggambarkan betapa rapuhnya iman dan ketahanan manusia, bahkan bagi mereka yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama Yesus.
Kelelahan fisik memang bisa menjadi alasan utama. Murid-murid telah melakukan perjalanan panjang, mungkin makan malam Paskah yang panjang, dan suasana malam yang tenang bisa saja membuat mata mereka terpejam. Namun, konteksnya jauh lebih besar dari sekadar kelelahan biasa. Ini adalah momen yang membutuhkan kesadaran rohani, doa yang tekun, dan kesiapan untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Kegagalan mereka untuk berjaga-jaga menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami keseriusan situasi atau mungkin masih dalam tahap awal pemahaman tentang misi Yesus.
Markus 14:40 mengajarkan kita tentang kerentanan manusia, bahkan orang-orang terdekat. Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan rohani. Di tengah kesibukan dan berbagai tekanan hidup, seringkali kita juga "tertidur" dalam hal-hal rohani, lalai dalam doa, dan kurang peka terhadap panggilan Tuhan. Pelajaran dari Getsemani adalah panggilan untuk tetap berjaga-jaga, berdoa dengan tekun, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai ujian dan tantangan dalam iman kita, sebagaimana Yesus sendiri telah memberi teladan.
Meskipun para murid mengecewakan Yesus di momen tersebut, kisah mereka tidak berhenti di situ. Kisah Petrus dan murid-murid lainnya kemudian menunjukkan pertumbuhan iman mereka setelah kebangkitan Yesus. Namun, ayat ini tetap menjadi pengingat abadi akan kebutuhan kita untuk tetap sadar dan terhubung dengan Tuhan, terutama di masa-masa sulit.