"Karena kamu bersukacita dan bergembira, hai kamu yang menjarah pusaka-Ku; karena kamu bergelora seperti anak lembu betina di padang rumput dan meringkik seperti kuda jantan."
Simbol Berkat di Tengah Kebahagiaan
Firman Tuhan dalam Kitab Yeremia pasal 50 ayat 11 seringkali dikutip dalam konteks penghukuman terhadap musuh-musuh umat pilihan Allah. Namun, di balik gambaran penghukuman tersebut, terdapat sebuah pesan yang lebih dalam mengenai bagaimana seharusnya hubungan umat Allah dengan harta rohani dan berkat yang telah dianugerahkan kepada mereka. Ayat ini menggambarkan kegembiraan dan sorak-sorai yang ditujukan kepada mereka yang menjarah pusaka Allah, sebuah tindakan yang pasti akan mendatangkan murka ilahi. Kegembiraan mereka digambarkan seperti anak lembu betina yang bersemangat di padang rumput atau kuda jantan yang meringkik, menunjukkan energi dan antusiasme yang berlebihan dalam pencapaian yang sebenarnya adalah penjarahan.
Jika kita mengamati konteks yang lebih luas dari Kitab Yeremia, khususnya pasal 50 dan 51, ayat ini memang berbicara tentang kejatuhan Babel, kota yang menjadi simbol kekuasaan duniawi yang menindas dan merampas. Babel bersukacita atas kehancuran Yerusalem dan penjarahan Bait Suci. Namun, bagi kita yang hidup di zaman sekarang, ayat ini juga dapat dimaknai secara rohani. Pusaka kita bukanlah tanah atau kekayaan duniawi, melainkan anugerah keselamatan, hubungan pribadi dengan Tuhan, karunia Roh Kudus, dan janji-janji firman-Nya.
Kegembiraan yang meluap-luap dalam menjarah pusaka ilahi, jika diartikan secara rohani, bisa merujuk pada tindakan mengambil berkat Tuhan tanpa rasa syukur atau kesadaran akan sumbernya. Umat Tuhan seharusnya bersukacita atas kebaikan-Nya, tetapi sukacita itu harus berakar pada pengenalan akan Dia dan penerimaan anugerah-Nya dengan kerendahan hati. Ketika kita mengklaim berkat Tuhan hanya untuk diri sendiri tanpa memuliakan Dia atau tanpa membagikan berkat itu kepada sesama, bisa jadi kita terjebak dalam bentuk "penjarahan" rohani yang serupa. Kita menikmati hasil dari pekerjaan Kristus di kayu salib tanpa sepenuhnya menghayati pengorbanan-Nya.
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati. Antusiasme dan kegembiraan adalah hal yang baik, tetapi harus diarahkan dengan benar. Seharusnya, kita bersukacita karena Tuhan telah menjadi pusaka kita, bukan karena kita telah "menjarah" berkat-berkat-Nya. Kegembiraan yang sejati lahir dari pengabdian diri, rasa syukur, dan keinginan untuk menyenangkan hati Tuhan. Meringkik seperti kuda jantan atau bergelora seperti anak lembu betina bisa menjadi gambaran semangat yang sehat, asalkan semangat itu terarah pada pelayanan kepada Tuhan dan sesama, serta pemuliaan nama-Nya.
Memahami Yeremia 50:11 secara mendalam mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita memandang dan menggunakan berkat-berkat rohani yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Marilah kita bersukacita dalam Tuhan, menghargai setiap anugerah-Nya, dan menggunakannya untuk kemuliaan nama-Nya, bukan untuk kepuasan diri semata. Kiranya kita tidak pernah menjadi seperti musuh-musuh yang bersukacita atas apa yang bukan menjadi hak mereka, melainkan menjadi hamba-hamba yang setia yang bersukacita dalam kebaikan Tuhan yang tak terhingga.