Markus 14:60

"Lalu Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah dan bertanya kepada Yesus: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan yang diajukan saksi-saksi terhadap-Mu?""
Wajah Tenang Penatua Imam

Kisah yang tercatat dalam Injil Markus pasal 14, ayat 60, menggambarkan momen krusial dalam persidangan Yesus sebelum disalibkan. Ayat ini menyoroti interogasi yang dilakukan oleh Imam Besar terhadap Yesus, sebuah peristiwa yang sarat dengan ketegangan, tuduhan, dan ketidakadilan. Dalam situasi yang paling mengerikan, di mana Ia menghadapi tuduhan palsu dan ancaman nyata, Yesus menampilkan ketenangan dan kesabaran yang luar biasa.

Imam Besar, sebagai otoritas keagamaan tertinggi pada masa itu, bangkit berdiri di tengah-tengah, sebuah gestur yang menunjukkan dominasi dan upaya untuk menakut-nakuti. Pertanyaannya, "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan yang diajukan saksi-saksi terhadap-Mu?", bukanlah pertanyaan yang tulus untuk mencari kebenaran, melainkan sebuah jebakan yang dirancang untuk memaksa Yesus mengakui sesuatu yang tidak Ia lakukan, atau untuk terlihat defensif yang bisa dijadikan bukti kesalahan.

Menarik untuk dicatat bahwa Yesus telah dituduh dengan berbagai macam kesaksian palsu sebelumnya. Para saksi yang dihadirkan seringkali memberikan keterangan yang bertentangan atau dilebih-lebihkan. Dalam konteks hukum Yahudi pada masa itu, kesaksian yang tidak konsisten seharusnya membuat tuduhan tersebut tidak berlaku. Namun, sidang terhadap Yesus tampaknya mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dasar ini. Di sinilah keagungan karakter Yesus terpancar. Alih-alih terpancing emosi atau terburu-buru membela diri secara berapi-api, Ia memilih untuk bersikap tenang.

Respons Yesus terhadap pertanyaan Imam Besar ini sangat signifikan. Dalam ayat-ayat selanjutnya (Markus 14:61-62), Yesus tetap diam pada awalnya, lalu ketika ditanya lagi, Ia memberikan jawaban yang tegas dan penuh makna, "Akulah Yang Mahatunggal; Engkau akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, dan datang dari antara awan-awan di langit." Jawaban ini adalah pengakuan Ilahi yang berani, sebuah pernyataan identitas yang menantang otoritas para penuduhnya, sekaligus menggenapi nubuat. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak takut menghadapi takdir-Nya, bahkan ketika dihadapkan pada pengadilan yang tidak adil.

Peristiwa ini mengajarkan kita banyak hal. Pertama, tentang keberanian untuk menghadapi ketidakadilan dengan kepala tegak. Kedua, tentang kekuatan kebenaran yang pada akhirnya akan terungkap. Ketiga, tentang kesabaran dalam penderitaan dan kepercayaan penuh kepada rencana Ilahi, bahkan ketika situasi tampak paling suram. Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menghadapi tantangan hidup dengan iman dan keteguhan hati, mengetahui bahwa ada kebenaran yang lebih tinggi yang mengawasi setiap langkah kita.