"Tiap-tiap hari Paskah ia selalu membebaskan seorang tahanan, siapa saja yang mereka minta."
Ayat Markus 15:6 membawa kita pada momen krusial dalam narasi Paskah. Di tengah hiruk pikuk persiapan perayaan, ada sebuah tradisi yang dijalankan oleh gubernur Romawi di Yudea: membebaskan seorang tahanan setiap tahunnya pada hari raya Paskah. Tradisi ini, yang mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan kemurahan hati kekaisaran, sering kali diwarnai dengan tuntutan dari rakyat. Mereka berhak meminta siapa saja yang mereka inginkan untuk dibebaskan. Ini adalah momen di mana suara publik, atau setidaknya suara mayoritas, memiliki kekuatan untuk menentukan nasib seorang manusia.
Dalam konteks ini, kita melihat bagaimana Pilatus, sang gubernur, menghadapi permintaan yang sangat spesifik. Ia siap untuk menyenangkan kerumunan, untuk meredakan ketegangan yang mungkin timbul jika tradisi ini tidak dipenuhi. Namun, apa yang terjadi selanjutnya dalam narasi injil Markus menunjukkan betapa dalamnya jurang pemisah antara apa yang diinginkan orang banyak dan apa yang sebenarnya benar.
Ayat ini menyiratkan sebuah pilihan yang ditawarkan, sebuah kesempatan untuk melepaskan seseorang dari belenggu penjara. Namun, pilihan tersebut sepenuhnya berada di tangan massa. Mereka bisa meminta pembebasan seorang pemberontak, seorang pencuri, atau siapa pun yang dianggap pantas oleh kehendak kolektif mereka. Ini adalah gambaran kuat tentang bagaimana kekuasaan, bahkan dalam bentuk tradisi yang tampak baik, dapat disalahgunakan atau diarahkan oleh keinginan yang tidak selalu mencerminkan keadilan sejati.
Menarik untuk direnungkan, mengapa tradisi ini ada? Apakah ini upaya untuk menjaga ketertiban dengan memberikan outlet bagi keluhan rakyat, atau memang ada niat tulus untuk menunjukkan belas kasih? Apapun itu, dampaknya sangat nyata. Satu nyawa bisa diselamatkan, atau malah kesempatan itu terlewatkan demi kepentingan lain. Dalam setiap tahun Paskah, sebuah keputusan harus diambil, sebuah permintaan harus diajukan. Siapakah yang akan menjadi penerima anugerah kebebasan itu? Dan yang lebih penting, apa yang diminta oleh hati mereka yang memiliki suara dalam menentukan pilihan tersebut?
Kisah ini menjadi latar belakang penting untuk momen ketika Pilatus bertanya, "Siapakah yang kamu inginkan kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus yang disebut Kristus?" Permintaan massa, yang didorong oleh hasutan para pemimpin agama, akhirnya mengarahkan pembebasan Barabas, seorang penjahat terkenal, sementara Yesus Kristus disalibkan. Pilihan yang dibuat pada hari Paskah itu bukan hanya tentang membebaskan seorang tahanan, tetapi juga tentang pilihan antara keadilan dan kebencian, antara kebenaran dan kebohongan, antara Kristus dan kejahatan. Markus 15:6 mengingatkan kita bahwa pilihan, bahkan yang tampak rutin, bisa memiliki konsekuensi yang sangat mendalam dan menentukan nasib banyak orang.