"Dan ketika Aku memecahkan tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa keranjang penuh potongan yang kamu kumpulkan?" Kata mereka: "Tujuh."
Kisah yang tercatat dalam Injil Markus pasal 8, khususnya ayat 20, mengingatkan kita pada momen ketika Yesus mempertanyakan pemahaman para murid-Nya mengenai keajaiban penyediaan makanan. Kejadian ini terjadi setelah Yesus memberi makan empat ribu orang dengan hanya tujuh roti dan beberapa ikan. Ia bertanya, "Dan ketika Aku memecahkan tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa keranjang penuh potongan yang kamu kumpulkan?" Jawaban para murid yang menyatakan "Tujuh" membawa kita pada refleksi mendalam tentang keajaiban yang terjadi dan bagaimana hal itu seringkali terlewatkan oleh mereka yang menyaksikan.
Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pelajaran penting tentang iman, pemeliharaan ilahi, dan pentingnya mengingat serta merenungkan karya Tuhan. Yesus berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya atas alam dan pemeliharaan-Nya terhadap kebutuhan umat manusia. Namun, tampaknya bagi para murid, keajaiban-keajaiban tersebut, meski luar biasa, masih belum sepenuhnya mengubah cara pandang mereka. Mereka masih bergumul dengan ketidakpercayaan dan kekhawatiran, terutama ketika menghadapi situasi kekurangan.
Pertanyaan Yesus menyoroti detail spesifik dari keajaiban itu: jumlah keranjang yang penuh dengan sisa makanan. Ini bukan hanya tentang jumlah makanan yang cukup, tetapi tentang kelimpahan yang luar biasa, bahkan setelah ribuan orang diberi makan. Tujuh keranjang penuh sisa menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya menyediakan kebutuhan, tetapi seringkali memberikan lebih dari yang dibutuhkan. Ini adalah gambaran pemeliharaan-Nya yang murah hati.
Dalam kehidupan kita, kita juga sering menghadapi "kekurangan" atau tantangan yang membuat kita cemas. Kita mungkin lupa akan karya-karya Tuhan di masa lalu, baik yang besar maupun yang kecil, yang telah menopang kita. Markus 8:20 menjadi pengingat agar kita tidak mengabaikan bukti-bukti nyata dari kuasa dan kebaikan Tuhan. Kita diajak untuk secara sadar mengingat dan merenungkan bagaimana Tuhan telah bekerja dalam hidup kita, seperti bagaimana para murid seharusnya mengingat sisa makanan yang melimpah itu.
Keajaiban memberi makan empat ribu orang, seperti halnya memberi makan lima ribu orang sebelumnya, bukan hanya tentang memuaskan rasa lapar fisik. Ini adalah metafora untuk pemenuhan kebutuhan rohani dan spiritual kita. Yesus adalah "Roti Kehidupan" yang sejati, dan ketika kita bergantung pada-Nya, kita tidak akan pernah kekurangan. Pelajaran dari Markus 8:20 mengajarkan kita untuk membuka mata hati kita terhadap karya Tuhan di sekitar kita, untuk memiliki iman yang teguh, dan untuk selalu mengingat bahwa Dia adalah sumber segala kelimpahan. Dengan mengingat dan merenungkan, iman kita akan diperkuat, dan kita akan lebih mampu menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan pada pemeliharaan-Nya.