Ayat Matius 22:10 ini merupakan bagian dari perumpamaan Yesus tentang perjamuan kawin Anak Domba. Perumpamaan ini menggambarkan undangan Kerajaan Surga yang universal dan tak terbatas. Dalam konteks cerita, seorang raja mempersiapkan perjamuan yang megah untuk pernikahan putranya. Ia mengutus hamba-hambanya untuk memanggil orang-orang yang telah diundang sebelumnya. Namun, mereka menolak untuk datang dengan berbagai alasan yang sepele.
Menanggapi penolakan ini, sang raja tidak menyerah. Ia justru memerintahkan hamba-hambanya untuk pergi ke persimpangan-persimpangan jalan. Ini adalah tempat-tempat yang ramai, yang dihuni oleh berbagai macam orang, tanpa memandang status sosial, latar belakang, atau reputasi mereka. Ayat Matius 22:10 dengan jelas menyatakan: "Lalu hamba-hamba itu pergi ke persimpangan-persimpangan jalan dan mengumpulkan semua orang yang mereka jumpai, baik orang jahat maupun orang baik, sehingga ruangan perjamuan itu penuh dengan tetamu."
Pesan yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan ini sangat mendalam. Pertama, undangan kepada Kerajaan Surga tidak terbatas pada kelompok-kelompok tertentu saja. Dulu, bangsa Israel adalah umat pilihan yang pertama kali diundang. Namun, ketika mereka menolak panggilan mesias, undangan itu diperluas kepada bangsa-bangsa lain, bahkan kepada mereka yang dianggap orang "jahat" atau berdosa di mata masyarakat. Kata "baik" dan "jahat" di sini mencerminkan pandangan manusia, namun di hadapan Allah, semua orang adalah pendosa yang membutuhkan anugerah keselamatan.
Kedua, ayat ini menekankan tentang kerelaan dan ketaatan para hamba raja. Mereka tidak ragu-ragu untuk menjalankan perintah tuannya, menjangkau siapa saja yang mereka temui. Ini mencerminkan tugas gereja untuk memberitakan Injil kepada semua orang, tanpa terkecuali. Kasih Allah begitu besar sehingga Ia menghendaki agar tidak ada seorang pun yang binasa, melainkan semua beroleh hidup kekal.
Ketiga, perumpamaan ini menunjukkan kelimpahan anugerah Allah. Ruangan perjamuan itu akhirnya "penuh dengan tetamu." Ini bukan hanya sekadar mengisi kekosongan, tetapi melambangkan kepenuhan sukacita, berkat, dan kemuliaan yang disediakan bagi setiap orang yang menerima undangan-Nya. Perjamuan ini melambangkan kebahagiaan dan pemulihan hubungan dengan Allah yang telah hilang akibat dosa.
Matius 22:10 adalah pengingat yang kuat bagi kita. Kita adalah bagian dari "semua orang" yang dipanggil. Apakah kita telah menerima undangan itu dengan hati yang terbuka? Apakah kita terus mengundang orang lain untuk turut serta dalam perjamuan kasih karunia ini? Perumpamaan ini menantang kita untuk melihat Kerajaan Surga bukan sebagai tempat eksklusif, tetapi sebagai sebuah perayaan kasih yang merangkul semua orang yang mau datang kepada-Nya. Keterbukaan dan kemurahan hati Allah terpancar jelas dalam undangan yang tak terhingga ini.