Berkatalah Yefta kepada para tua-tua Gilead: "Bukankah kamu yang telah mengalahkan aku dan mengusir aku dari rumah bapaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku pada waktu aku tertindas?"
Kitab Hakim-Hakim dalam Alkitab mencatat periode krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah kematian Yosua dan generasi para pemimpin yang melihat keajaiban Allah secara langsung, bangsa Israel berulang kali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan hidup dalam kekacauan. Akibatnya, mereka seringkali ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Allah, dalam kasih setia-Nya, kemudian membangkitkan para hakim, pemimpin yang diurapi-Nya, untuk membebaskan mereka dari penindasan dan membawa mereka kembali kepada ketaatan.
Ayat Hakim-Hakim 11:10 ini muncul dalam kisah Yefta, seorang Gilead yang gagah perkasa namun diasingkan oleh saudara-saudaranya sendiri. Yefta adalah seorang pejuang yang tangguh, namun ia terpaksa meninggalkan rumahnya karena pengkhianatan dan kebencian keluarga. Keadaan ini menciptakan rasa ketidakadilan dan kepahitan yang mendalam dalam hatinya. Ketika bangsa Amon berperang melawan Israel di Gilead, para tua-tua Gilead, yang sebelumnya mengusir Yefta, kini datang kepadanya dengan permohonan. Mereka membutuhkan keberanian dan kepemimpinannya untuk menghadapi musuh yang mengancam eksistensi mereka.
Pertanyaan Yefta kepada para tua-tua, "Bukankah kamu yang telah mengalahkan aku dan mengusir aku dari rumah bapaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku pada waktu aku tertindas?", mencerminkan luka dan keraguan yang masih dirasakannya. Ini adalah pertanyaan yang penuh dengan kepahitan karena orang-orang yang pernah menolaknya kini mencari bantuannya. Yefta merasa bahwa mereka datang kepadanya hanya ketika mereka membutuhkan, bukan karena mereka menghargai atau mengakui keberadaannya sebelumnya. Ini menunjukkan adanya paradoks: bangsa yang tertindas oleh musuh luar, namun juga terpecah belah oleh konflik internal dan ketidakadilan di antara mereka sendiri.
Meskipun ada rasa sakit dan keraguan, kisah Yefta pada akhirnya menjadi simbol keberanian dan pembebasan. Dengan berat hati, Yefta akhirnya setuju untuk memimpin bangsa Israel melawan Amon. Kemenangan yang diraihnya adalah bukti kekuatan Allah yang bekerja melalui individu yang meskipun memiliki latar belakang yang sulit dan terluka, tetap bersedia melayani rencana-Nya. Kisah Yefta mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah-tengah ketidakadilan dan penolakan, Allah dapat menggunakan kita untuk tujuan yang lebih besar. Ia sanggup mengubah rasa sakit menjadi kekuatan, dan luka menjadi platform untuk pemulihan.
Lebih dari sekadar narasi sejarah, Hakim-Hakim 11:10 mengajak kita untuk merenungkan tentang penerimaan, pengampunan, dan panggilan yang kadang datang dari sumber yang tidak terduga. Ini adalah pengingat bahwa perjuangan bangsa Israel sering kali diperumit oleh masalah internal mereka sendiri, tetapi di tengah semua itu, Allah tetap setia untuk campur tangan dan memberikan kemenangan bagi umat-Nya. Kisah Yefta menjadi sumber inspirasi tentang bagaimana menghadapi kesulitan, mencari keadilan, dan akhirnya, bagaimana ketaatan kepada panggilan Ilahi dapat membawa pembebasan, baik bagi diri sendiri maupun bagi komunitas.
Simbol Keadilan dan Pemulihan