Matius 26:72 - Pengakuan Petrus yang Menyangkal

"Lalu ia menyangkalnya pula dengan bersumpah, katanya: Aku tidak mengenal orang itu."

Kisah penyangkalan Petrus terhadap Yesus adalah salah satu momen paling tragis dan menggugah dalam Injil Matius. Ayat Matius 26:72 secara ringkas menangkap kedalaman keputusasaan dan rasa takut yang dialami Petrus pada malam pengkhianatan dan penangkapan Sang Juru Selamat. Dalam momen kritis ini, di tengah keramaian dan suasana tegang di pelataran rumah Imam Besar Kayafas, Petrus yang tadinya dengan gagah berani menyatakan kesetiaannya, kini terpaksa berbohong untuk menyelamatkan dirinya dari tuduhan menjadi pengikut Yesus.

Sebelumnya, Yesus telah memperingatkan Petrus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada malam ini, sebelum ayam jantan berkokok, engkau akan tiga kali menyangkal Aku." (Matius 26:34). Peringatan ini tentu saja didengar oleh Petrus, dan ia dengan penuh keyakinan membalas, "Sekalipun aku harus mati bersama-Mu, aku pasti tidak akan menyangkal-Mu." (Matius 26:35). Namun, kenyataan seringkali jauh lebih pahit daripada keyakinan diri. Ketakutan akan nasib yang sama seperti Yesus, yang baru saja ditangkap, mulai menguasai hati Petrus.

Peristiwa penyangkalan ini tidak terjadi dalam satu momen saja, melainkan berulang kali. Beberapa orang mengenali Petrus sebagai salah satu murid Yesus. Ketika ia berada di luar di dekat api, seorang pelayan perempuan datang kepadanya dan berkata, "Engkau juga seorang dari mereka itu." (Matius 26:69). Petrus menyangkalnya. Tak lama kemudian, orang lain melihatnya dan berkata, "Tentu engkau juga salah seorang dari mereka itu." (Matius 26:70). Sekali lagi, Petrus menyangkalnya. Dan akhirnya, orang-orang yang berdiri di situ mendekati Petrus dan berkata, "Pasti engkau salah seorang dari mereka itu, sebab logatmu menunjukkan hal itu." (Matius 26:73). Pada titik inilah, dalam kepanikan yang semakin besar, Petrus mengulang penyangkalannya untuk ketiga kalinya, bahkan mengutuk dirinya sendiri dengan bersumpah, "Aku tidak mengenal orang itu." Kata-kata inilah yang tercatat dalam Matius 26:72, sebuah penegasan getir dari kegagalannya memenuhi janjinya kepada Yesus.

Ilustrasi Simbolis Petrus Menyangkal Yesus Penyangkalan Janji Terpatah

Momen ini bukan hanya tentang kegagalan seorang murid, tetapi juga tentang kompleksitas sifat manusia. Ketakutan, kelemahan, dan keinginan untuk bertahan hidup dapat mengalahkan keberanian yang paling kuat sekalipun. Namun, kisah Petrus tidak berakhir di sini. Setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia secara pribadi memulihkan Petrus (Yohanes 21:15-19). Pemulihan ini mengajarkan kita bahwa bahkan dalam kegagalan terbesar, ada harapan untuk pengampunan dan peneguhan kembali. Ayat Matius 26:72, meskipun mencatat momen kesedihan, pada akhirnya menjadi bagian dari perjalanan penebusan yang lebih besar, mengingatkan kita akan kelemahan kita sekaligus janji kasih karunia yang tak terbatas.

Pengalaman Petrus memberikan pelajaran berharga bagi setiap orang yang bergumul dengan keraguan dan kegagalan dalam iman mereka. Ini adalah pengingat bahwa menjadi pengikut Kristus seringkali melibatkan perjuangan, dan bahwa pengampunan serta pemulihan selalu tersedia bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya dengan hati yang hancur.

Kisah penyangkalan Petrus di bawah terang Matius 26:72 mengingatkan kita akan kerapuhan manusia, namun juga akan kuasa pemulihan ilahi.