Ikon Simbol Kristus dan Salib

Matius 27:12

"Dan ketika Ia dihadapkan kepada Pilatus, mulailah Pilatus bertanya kepada-Nya: 'Apakah Engkau raja orang Yahudi?' Jawab Yesus: 'Engkau sendiri mengatakannya.'"

Ayat Matius 27:12 merupakan momen krusial dalam kisah sengsara Yesus Kristus. Peristiwa ini terjadi saat Yesus dibawa menghadap Pontius Pilatus, gubernur Romawi di Yudea, untuk diadili. Pilatus, yang dihadapkan pada sebuah tuduhan serius terhadap Yesus, sebuah tuduhan yang bisa mengancam stabilitas politik di wilayahnya, mengajukan pertanyaan langsung yang fundamental: "Apakah Engkau raja orang Yahudi?" Pertanyaan ini bukan sekadar investigasi biasa, melainkan inti dari tuduhan yang diajukan oleh para pemimpin agama Yahudi kepada Pilatus. Mereka melihat Yesus sebagai ancaman terhadap otoritas mereka dan juga terhadap kedaulatan bangsa Yahudi di bawah kekuasaan Romawi.

Jawaban Yesus, "Engkau sendiri mengatakannya," sungguh unik dan penuh makna. Jawaban ini bukan pengakuan langsung atau penolakan tegas, melainkan sebuah respons yang mengalihkan fokus kepada Pilatus sendiri. Yesus seolah mengatakan bahwa Pilatus, melalui pertanyaan yang diajukan, sudah memiliki premis atau pemahaman awal tentang klaim Yesus. Ini juga menunjukkan bahwa kerajaan yang dimaksud oleh Pilatus, yang berpotensi menggoyahkan kekuasaan Romawi, bukanlah tipe kerajaan duniawi seperti yang lazim dipahami.

Dalam konteks sejarah, gelar "raja" bagi bangsa Yahudi sangatlah sensitif. Ia identik dengan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari penjajahan asing dan memulihkan kejayaan Israel. Para penuduh Yesus, yaitu para imam kepala dan tua-tua, sangat mungkin mengartikan klaim Yesus sebagai pemberontakan politik yang terang-terangan. Mereka ingin Pilatus melihat Yesus sebagai ancaman yang harus segera dilenyapkan.

Pilatus, seorang administrator Romawi yang berpengalaman, pasti merasakan adanya kejanggalan dalam kasus ini. Dia mungkin melihat bahwa tuduhan politik ini lebih didorong oleh iri hati dan kebencian dari para pemimpin agama daripada ancaman nyata terhadap kekaisaran Romawi. Pernyataan Pilatus di ayat-ayat selanjutnya dalam Matius pasal 27, "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini," menguatkan dugaan ini. Namun, sebagai gubernur, Pilatus terikat oleh keharusan untuk menjaga ketertiban dan menghindari kerusuhan, terutama ketika diancam oleh seruan massa yang diprovokasi oleh para pemimpin agama.

Jawaban Yesus kepada Pilatus membuka pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat kerajaan-Nya. Kerajaan Yesus bukanlah tatanan politik duniawi yang diraih dengan kekuatan militer atau intrik kekuasaan. Sebaliknya, kerajaan-Nya adalah kerajaan spiritual yang berakar pada kebenaran, kasih, dan penebusan. Dengan kata-kata-Nya, Yesus mengarahkan Pilatus untuk merenungkan arti sebenarnya dari "kerajaan," melampaui pemahaman duniawi yang terbatas.

Interaksi antara Yesus dan Pilatus ini menyoroti tema-tema universal tentang kekuasaan, kebenaran, dan iman. Pertanyaan Pilatus menjadi saksi bisu dari pengadilan yang seharusnya tidak terjadi, sebuah pengadilan yang menguji otoritas duniawi di hadapan kebenaran ilahi. Jawaban Yesus yang tenang dan penuh hikmat menunjukkan kesadaran-Nya akan tujuan kedatangan-Nya ke dunia, yang jauh melampaui perkara politik.