Matius 27:58 - Kematian Yesus dan Penguburan-Nya

"Maka ia pergi kepada Pilatus dan meminta mayat Yesus."

Peristiwa setelah penyaliban Yesus adalah momen yang sangat penting dalam narasi Alkitab. Matius 27:58 secara khusus menyoroti tindakan salah satu murid Yesus, yang namanya kemudian diungkapkan, yang berani menghadap otoritas Romawi untuk meminta jenazah Juruselamat.

Ilustrasi Yusuf Arimatea meminta jenazah Yesus kepada Pilatus Kantor Pilatus Meminta Ya?

Yusuf Arimatea: Keberanian di Saat Genting

Tokoh yang disebutkan dalam ayat ini adalah Yusuf dari Arimatea. Ia digambarkan sebagai seorang anggota Mahkamah Agama (Sanhedrin) yang terkemuka, kaya, dan yang juga menanti-nantikan kedatangan Kerajaan Allah. Tindakannya untuk meminta mayat Yesus dari Pilatus bukanlah tindakan yang mudah. Sebagai seorang pejabat yang dihormati, ia mengambil risiko reputasi dan bahkan mungkin keselamatannya sendiri. Dalam budaya Yahudi pada masa itu, jenazah yang tidak dikuburkan dengan segera dianggap tercemar dan menjadi subjek penghinaan. Keberanian Yusuf menunjukkan imannya yang mendalam dan rasa hormatnya terhadap pribadi Yesus, bahkan setelah kematian-Nya yang tragis di kayu salib.

Penguburan yang Bermartabat

Permintaan Yusuf kepada Pilatus sangat krusial. Menurut hukum Romawi, otoritas militer yang bertanggung jawab atas eksekusi biasanya akan membiarkan jenazah penjahat digantung di salib untuk menjadi tontonan publik atau dibuang ke kuburan massal bagi orang yang tidak dikenal. Namun, Pilatus terkejut mendengar bahwa Yesus sudah mati, yang menunjukkan bahwa mereka yang menyalibkan-Nya mungkin bertindak terlalu cepat atau dengan cara yang tidak biasa. Setelah mengonfirmasi kematian Yesus kepada perwira yang bertugas, Pilatus mengizinkan Yusuf untuk mengambil jenazah tersebut. Hal ini memungkinkan penguburan yang layak dan terhormat, sesuai dengan tradisi Yahudi, yang dilakukan oleh Yusuf sendiri.

Yusuf, bersama dengan Nikodemus (yang membawa rempah-rempah mahal untuk meminyaki jenazah), menguburkan Yesus di kuburannya sendiri yang baru, yang diukir di batu. Tindakan ini sangat signifikan karena menunjukkan bahwa Yesus tidak diperlakukan sebagai penjahat biasa, melainkan sebagai seseorang yang dihormati dan diberi penguburan yang layak. Ini juga memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai tempat penguburan Mesias.

Peristiwa penguburan Yesus, yang diprakarsai oleh permintaan berani dari Yusuf Arimatea, menegaskan fakta kematian-Nya dan memberikan dasar bagi peristiwa kebangkitan-Nya yang akan datang. Ini adalah bukti nyata dari pengorbanan-Nya dan kasih karunia yang Dia tawarkan kepada dunia.