"Ketika matahari terbit, mereka membaringkan diri, dan bersembunyi di dalam gua mereka."
Ilustrasi fajar menyingsing dengan hewan-hewan yang kembali ke persembunyiannya.
Firman Tuhan dalam Mazmur 104 ayat 22 menggambarkan sebuah pemandangan alam yang sangat hidup dan penuh makna. Ketika mentari pagi mulai memanjat ufuk, memancarkan sinarnya yang pertama, alam raya seolah terbangun dari tidurnya. Namun, tidak semua makhluk menyambut kehangatan cahaya tersebut dengan sukacita. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa binatang-binatang tertentu akan "membaringkan diri, dan bersembunyi di dalam gua mereka." Ini adalah gambaran tentang keseimbangan yang luar biasa dalam ciptaan Tuhan.
Ayat ini bukan sekadar deskripsi alamiah, tetapi mengandung pelajaran rohani yang mendalam. Ia mengingatkan kita bahwa setiap ciptaan memiliki ritmenya sendiri, yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Matahari terbit bukan berarti berakhirnya masa istirahat bagi semua. Bagi sebagian hewan malam, terbitnya matahari justru menandakan waktu untuk berlindung, menjaga diri dari panasnya siang dan dari predator yang aktif di waktu terang. Ini menunjukkan bagaimana Tuhan telah mengatur segala sesuatu dengan sempurna, memberikan tempat dan waktu yang tepat bagi setiap makhluk untuk hidup.
Bagi manusia, ayat ini bisa menjadi pengingat untuk mengenali "waktu" dalam kehidupan kita. Ada waktu untuk beraktivitas, berjerih lelah, dan bersinar. Namun, ada pula waktu untuk beristirahat, menarik diri, merenung, dan memulihkan diri, mirip seperti hewan-hewan yang bersembunyi di gua mereka. Terburu-buru menjalani hidup tanpa mengenali siklus diri sendiri dapat berujung pada kelelahan dan ketidakseimbangan. Seperti hewan yang mencari gua saat matahari terbit, kita pun perlu menemukan "gua" kita sendiri—ruang aman untuk ketenangan dan pemulihan.
Keindahan alam yang digambarkan dalam Mazmur 104 adalah bukti kemuliaan dan kebijaksanaan Tuhan. Dari terbitnya matahari yang memberi kehidupan, hingga gua yang menjadi tempat perlindungan, semuanya adalah bagian dari rancangan ilahi yang harmonis. Ayat 22 ini secara khusus menyoroti keberagaman kehidupan dan bagaimana Tuhan memelihara setiap aspeknya. Ia tidak hanya memelihara singa yang mengaum di padang rumput, tetapi juga makhluk yang mencari kegelapan gua di pagi hari.
Memperhatikan ayat seperti Mazmur 104:22 mengajak kita untuk lebih peka terhadap dunia di sekitar kita. Kita dapat belajar banyak dari alam tentang ketekunan, keseimbangan, dan penerimaan terhadap siklus kehidupan. Terutama di tengah kesibukan dunia modern, di mana kita sering terdorong untuk terus-menerus aktif, ayat ini menjadi panggilan lembut untuk mengenali dan menghormati kebutuhan kita akan ketenangan, refleksi, dan waktu untuk bersembunyi sejenak, sebelum kembali bersinar dalam waktu yang tepat.