"Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena pekerjaan-Nya!"
Ayat Mazmur 104:32 adalah sebuah seruan yang luar biasa, sebuah pengakuan iman yang mendalam terhadap kebesaran dan kekekalan Tuhan. Ayat ini tidak hanya sekadar ungkapan kekaguman, tetapi juga sebuah pernyataan kehendak dan penyerahan diri kepada Sang Pencipta alam semesta. "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya..." kata sang pemazmur, menyadari bahwa segala keindahan, kekuatan, dan keagungan yang ada di dunia ini adalah pancaran dari kemuliaan-Nya yang tak terbatas.
Di tengah pergantian zaman, pasang surut kehidupan manusia, dan dinamika alam yang terus berubah, kemuliaan Tuhan adalah satu-satunya konstanta yang abadi. Ia adalah sumber segala kehidupan, pemberi nafas, dan pemelihara segala sesuatu. Membiarkan kemuliaan-Nya 'tetap untuk selama-lamanya' berarti mengakui kedaulatan-Nya yang tak tertandingi, mengakui bahwa Ia adalah Allah yang sama kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa segala sesuatu yang diciptakan akan berlalu, tetapi Tuhan dan kemuliaan-Nya akan tetap ada.
Bagian kedua dari ayat ini, "...biarlah TUHAN bersukacita karena pekerjaan-Nya!", adalah penutup yang indah dan penuh makna. Sang pemazmur seolah membayangkan Tuhan, Sang seniman Agung, menikmati setiap detail dari ciptaan-Nya. Dari gunung menjulang tinggi, lautan luas, bintang-bintang gemerlap, hingga makhluk hidup terkecil sekalipun, semuanya adalah ekspresi dari rancangan dan kasih-Nya. Sukacita Tuhan dalam pekerjaan-Nya menunjukkan kepuasan-Nya terhadap kesempurnaan dan kebaikan ciptaan-Nya. Ini juga mengundang kita, sebagai bagian dari ciptaan-Nya, untuk turut bersukacita dan mengagumi keajaiban yang telah Ia lakukan.
Ketika kita merenungkan Mazmur 104:32, kita diajak untuk melihat dunia dengan kacamata iman. Setiap fenomena alam, setiap keindahan yang kita saksikan, adalah pengingat akan kebesaran Tuhan. Matahari yang terbit dan terbenam, hujan yang menyuburkan tanah, angin yang berhembus, semuanya adalah 'pekerjaan-Nya' yang patut disyukuri. Dengan demikian, ayat ini menjadi sumber inspirasi untuk terus memuliakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, menyadari bahwa di dalam segala ciptaan terbentang kemuliaan-Nya yang abadi dan sukacita-Nya yang tak pernah pudar.
Dalam konteks pribadi, ayat ini mendorong kita untuk mencari dan mengalami sukacita sejati yang berasal dari Tuhan. Bukan sukacita sesaat yang bergantung pada keadaan, melainkan sukacita yang berakar pada keyakinan akan kemuliaan-Nya dan karya-Nya yang sempurna. Semoga kita senantiasa mampu memandang kebesaran-Nya dalam setiap ciptaan, dan senantiasa bersukacita dalam pekerjaan-Nya yang luar biasa.