"Pada waktu Engkau menggerakkan tembok yang membatasi air, sehingga mereka menjauhi bumi-Mu."
Ayat Mazmur 104:7 membawa kita pada gambaran yang luar biasa tentang kuasa ilahi dalam mengatur elemen-elemen alam. Frasa "pada waktu Engkau menggerakkan tembok yang membatasi air" membuka pemahaman tentang sebuah momen penciptaan di mana samudera dan daratan dipisahkan, sebuah peristiwa fundamental yang membentuk planet kita seperti yang kita kenal. Kata "tembok" di sini bukanlah pembatas fisik yang kasar, melainkan sebuah metafora untuk kekuatan yang menahan kedahsyatan air, menertibkannya agar tidak menenggelamkan seluruh bumi. Ini adalah bukti kehati-hatian dan kebijaksanaan Sang Pencipta.
Kuasa di balik "menggerakkan tembok" ini adalah Allah sendiri. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang pembentukan geografi, tetapi juga tentang kedaulatan-Nya atas segala sesuatu. Air, yang sering digambarkan sebagai kekuatan yang tak terkendali dan bahkan menakutkan, berada di bawah kendali-Nya. Dari kekacauan awal hingga keteraturan yang menakjubkan, tangan ilahi bekerja, membentuk dunia yang layak huni bagi ciptaan-Nya. Kita seringkali lupa betapa luar biasanya proses ini, bagaimana daratan yang kokoh bisa muncul dari lautan purba yang luas.
Refleksi atas Mazmur 104:7 mengundang kita untuk merenungkan kekuatan penciptaan dan pemeliharaan Tuhan. Peristiwa ini adalah dasar bagi keberadaan kita. Tanpa pembagian yang jelas antara lautan dan daratan, kehidupan seperti yang kita pahami tidak akan mungkin ada. Sungai-sungai mengalir dari pegunungan ke lautan, siklus air terus berputar, dan semua ini adalah bagian dari tatanan yang sempurna yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. Kita melihat bukti kuasa-Nya dalam setiap tetes hujan, dalam setiap ombak yang menghantam pantai, dan dalam kedalaman samudra yang misterius.
Lebih dari sekadar peristiwa historis penciptaan, ayat ini juga mengingatkan kita tentang kuasa Tuhan yang berkelanjutan dalam menjaga alam semesta. Dia bukan hanya Pencipta yang sekali jadi, tetapi Pemelihara yang terus-menerus menopang keberadaan segala sesuatu. Kehidupan di bumi, dengan segala keragamannya, bergantung pada keseimbangan alam yang diatur oleh-Nya. Dengan merenungkan Mazmur 104:7, kita diajak untuk memiliki rasa hormat dan takjub yang lebih dalam terhadap Tuhan, serta menjaga dan menghargai alam yang telah Ia berikan kepada kita. Keindahan dan keteraturan alam semesta adalah cerminan dari keagungan-Nya.
Peristiwa yang digambarkan dalam Mazmur 104:7 adalah fondasi penting dari narasi penciptaan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan bertindak dengan tujuan dan rencana yang pasti. Air yang tadinya mungkin memenuhi seluruh permukaan bumi, kini dipisahkan dan diatur. Hal ini memungkinkan munculnya daratan, tempat manusia dan makhluk lain dapat hidup. Pemandangan alam yang kita nikmati saat ini, mulai dari pegunungan yang menjulang, lembah yang subur, hingga sungai yang mengalir, semuanya adalah hasil dari pengaturan ilahi yang dimulai sejak awal mula.