Ayat ini dari Mazmur 105 menceritakan tentang bagaimana Allah campur tangan dalam urusan umat manusia, termasuk dalam membentuk cara berpikir dan merasakan hati manusia. Mazmur 105 secara keseluruhan adalah pujian dan pengingat akan kebaikan dan kesetiaan Allah kepada umat-Nya, khususnya dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ke-25 ini menyoroti aspek menarik dari campur tangan Ilahi yang mampu mengubah hati, bahkan untuk mengarahkan pada sikap yang negatif terhadap orang lain.
Dalam konteks sejarah bangsa Israel, seringkali bangsa tersebut mengalami tantangan dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ayat ini bisa merujuk pada bagaimana Allah mengizinkan atau bahkan mengkondisikan hati bangsa-bangsa lain untuk memiliki permusuhan atau kelicikan terhadap umat pilihan-Nya. Tujuannya mungkin untuk menguji iman umat-Nya, atau sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan mereka. Namun, yang terpenting adalah penegasan bahwa Allah memiliki kendali atas hati manusia.
Perubahan hati yang dimaksud dalam Mazmur 105:25 bukan sekadar pergantian emosi sesaat, melainkan sebuah transformasi mendalam yang memengaruhi persepsi dan perilaku. Ketika hati seseorang atau sekelompok orang diubah untuk membenci, timbulah berbagai macam tindakan negatif. Kebencian seringkali memicu ketakutan, prasangka, diskriminasi, dan bahkan kekerasan. Kelicikan yang disebutkan menyiratkan adanya niat untuk menipu, menyakiti, atau merugikan secara diam-diam.
Kita bisa melihat pola ini dalam berbagai peristiwa sejarah dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan sentimen publik yang drastis terhadap individu atau kelompok tertentu seringkali diawali oleh narasi yang memprovokasi kebencian, yang kemudian ditanamkan dalam hati banyak orang. Sikap defensif dan permusuhan menjadi respon otomatis, seolah-olah memang sudah menjadi watak bawaan.
Yang menarik dari ayat ini adalah klaim bahwa Allah yang mampu melakukan perubahan hati tersebut. Ini menunjukkan kedaulatan Allah atas ciptaan-Nya, termasuk pikiran dan perasaan manusia. Bukan berarti manusia kehilangan kehendak bebasnya, tetapi Allah dapat bekerja sedemikian rupa untuk mengarahkan atau membentuk hati sesuai dengan rencana-Nya. Terkadang, ini terjadi sebagai respons terhadap dosa manusia, memberikan pelajaran yang pahit namun penting. Di lain waktu, mungkin sebagai bagian dari rencana-Nya yang lebih besar untuk memisahkan umat-Nya atau untuk menegakkan keadilan.
Bagi umat percaya, ayat ini menjadi pengingat penting. Pertama, untuk selalu memohon perlindungan dan hikmat dari Allah agar hati kita tidak dikuasai oleh kebencian atau kelicikan. Kedua, untuk menyadari bahwa Allah dapat bekerja dalam situasi yang paling sulit sekalipun, bahkan ketika kita menghadapi permusuhan dari orang lain. Ketiga, untuk merefleksikan bagaimana hati kita sendiri dibentuk. Apakah hati kita dibentuk untuk mengasihi dan melayani, atau justru berpotensi untuk membenci dan berbuat licik?
Mazmur 105:25 mengajarkan kita tentang kekuatan transformatif yang dimiliki Allah. Ia mampu mengubah arah hati manusia, baik untuk kebaikan maupun sebagai konsekuensi yang harus ditanggung. Kesadaran akan kuasa ini seharusnya mendorong kita untuk senantiasa berserah kepada-Nya, memohon agar hati kita terus dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya yang kudus dan penuh kasih.