Ia mengubah air menjadi darah, dan mematikan ikan.
Mazmur 105 adalah sebuah nyanyian syukur yang merangkum karya-karya besar Allah bagi umat-Nya, Israel, sejak masa leluhur hingga pembebasan dari perbudakan Mesir. Salah satu peristiwa yang sangat dramatis dan mengerikan dicatat dalam ayat 29, yang berbunyi, "Ia mengubah air menjadi darah, dan mematikan ikan." Peristiwa ini merujuk pada salah satu dari sepuluh tulah yang ditimpakan Allah atas Mesir untuk memaksa Firaun melepaskan bangsa Israel.
Sungai Nil, yang menjadi urat nadi kehidupan bagi bangsa Mesir, tiba-tiba berubah menjadi sumber kematian. Air yang biasanya jernih dan menjadi habitat bagi ikan-ikan yang mereka andalkan, kini bertukar warna menjadi merah darah. Fenomena ini bukan hanya sekadar perubahan warna, tetapi juga menyebabkan matinya jutaan ikan yang memenuhi sungai. Dampaknya sangat luas: tidak hanya hilangnya sumber pangan, tetapi juga menimbulkan bau busuk dan ketakutan yang luar biasa di seluruh Mesir. Ini adalah manifestasi nyata dari kuasa Allah yang dapat mengendalikan seluruh elemen alam, bahkan yang paling fundamental sekalipun.
Perubahan air menjadi darah ini merupakan sebuah mukjizat yang mencolok dan tak terbantahkan. Allah menunjukkan kepada bangsa Mesir, dan kepada seluruh dunia, bahwa Dia adalah Penguasa segala sesuatu. Firaun, dengan segala kekuatannya, tidak berdaya menghadapi murka ilahi yang diungkapkan melalui tulah ini. Ayat ini bukan hanya sekadar narasi sejarah, tetapi juga sebuah pengingat akan kedaulatan mutlak Allah. Dia dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya, dan setiap ciptaan tunduk pada perintah-Nya.
Bagi bangsa Israel, tulah ini adalah tanda bahwa Allah menyertai mereka dan sedang bekerja untuk membebaskan mereka. Ini adalah momen ketika iman mereka diuji sekaligus dikuatkan. Melihat kuasa Allah bekerja secara nyata, mereka semakin yakin akan janji pembebasan yang telah diberikan. Perubahan air menjadi darah mengajarkan kepada kita tentang kekuatan Allah yang maha dahsyat, yang mampu mengubah situasi yang tampaknya mustahil menjadi kenyataan.
Lebih dari itu, peristiwa ini juga menyoroti konsekuensi dari ketidaktaatan dan penolakan terhadap kehendak Allah. Firaun berulang kali menolak untuk melepaskan umat Israel, dan sebagai akibatnya, Mesir ditimpa malapetaka yang mengerikan. Mazmur 105:29 mengajarkan kita untuk menghormati dan tunduk pada Allah, karena kuasa-Nya tidak terbatas. Dalam kehidupan kita, mungkin kita tidak menghadapi tulah air menjadi darah, namun kita dapat melihat karya Allah dalam berbagai bentuk perubahan dan pemeliharaan. Kehidupan yang penuh dengan warna cerah adalah anugerah-Nya, dan bahkan dalam kesulitan sekalipun, kita diingatkan akan kemampuan-Nya untuk membawa kebaikan dari situasi yang paling kelam sekalipun. Allah Maha Kuasa, dan Dia selalu bertindak untuk kebaikan umat-Nya.