Mazmur 106:38

"Mereka mencemarkan tanah mereka dengan darah orang-orang yang tidak berdosa, ya, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka persembahkan kepada berhala-berhala Kanaan, dan tanah itu menjadi najis oleh darah."
Simbol hati merah dan tetesan air mata biru Simbol hati merah melambangkan pengorbanan yang menyakitkan, dikelilingi oleh tetesan air mata biru yang melambangkan kesedihan dan kekudusan yang ternoda.

Mazmur 106:38 adalah ayat yang menggugah dan penuh duka, menggambarkan salah satu babak tergelap dalam sejarah bangsa Israel, yaitu praktik pengorbanan anak kepada dewa-dewa asing. Ayat ini menyoroti kekejaman dan kesesatan spiritual yang mendalam, di mana darah orang-orang yang tidak bersalah, bahkan darah anak-anak mereka sendiri, ditumpahkan untuk memuaskan ilah-ilah palsu. Tindakan ini tidak hanya merupakan pelanggaran moral yang mengerikan, tetapi juga pencemaran terhadap tanah perjanjian yang diberikan Tuhan.

Penulis Mazmur secara gamblang menyatakan bahwa darah yang tertumpah itu menajiskan tanah. Ini bukan sekadar metafora. Dalam pemahaman kuno, darah memiliki kekuatan spiritual yang besar. Penumpahan darah yang tidak berdosa dianggap mendatangkan murka ilahi dan kenajisan yang mendalam bagi bumi itu sendiri. Tanah yang seharusnya menjadi tempat berkat dan kehidupan justru tercemar oleh kejahatan manusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang kekudusan dan keadilan Tuhan, serta konsekuensi dari dosa yang dilakukan manusia.

Ayat ini juga menggarisbawahi betapa pentingnya kesetiaan kepada satu Tuhan yang benar. Bangsa Israel, yang telah diperingatkan berulang kali untuk tidak mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa lain, justru terjerumus ke dalam praktik penyembahan berhala yang brutal. Pilihan untuk mempersembahkan anak-anak mereka kepada berhala Kanaan adalah puncak dari pemberontakan mereka terhadap Perjanjian yang telah mereka buat dengan Tuhan di Gunung Sinai. Tindakan ini jelas bertentangan dengan hukum Taurat yang menekankan nilai kehidupan dan kekudusan keluarga.

Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 106:38 berfungsi sebagai peringatan abadi. Ia mengingatkan kita tentang bahaya penyembahan berhala modern—bukan hanya patung batu, tetapi juga segala sesuatu yang kita prioritaskan di atas Tuhan, seperti kekayaan, kekuasaan, kesenangan duniawi, atau bahkan ideologi yang mengagungkan kehancuran. Ketika kita membiarkan hal-hal tersebut menguasai hidup kita hingga mengorbankan nilai-nilai moral, kemanusiaan, atau kasih, kita turut menumpahkan "darah" dalam arti yang lebih luas.

Ayat ini juga berbicara tentang pertobatan dan pemulihan. Meskipun narasi dalam Mazmur 106 penuh dengan kesalahan umat Tuhan, ayat-ayat selanjutnya (seperti yang kita lihat di Mazmur 106:47 dan seterusnya) juga berbicara tentang bagaimana Tuhan, dalam kasih dan rahmat-Nya, memulihkan umat-Nya ketika mereka berseru kepada-Nya. Ini memberikan harapan bahwa bahkan dari jurang dosa terdalam, ada jalan kembali kepada kekudusan dan pengampunan Tuhan.

Memahami Mazmur 106:38 adalah sebuah pengingat untuk senantiasa menjaga kekudusan hidup, menghargai setiap nyawa, dan berpegang teguh pada kebenaran Tuhan. Tanah yang Tuhan berikan kepada kita harus dijaga kesuciannya, bukan dicemari oleh tindakan kejam atau penyembahan berhala yang tersembunyi. Mari kita merenungkan ayat ini dan membiarkannya menginspirasi kita untuk hidup dalam terang kekudusan dan kebenaran-Nya.

Untuk memahami lebih dalam tentang konteks kitab Mazmur, Anda bisa membaca konteks Mazmur 106 di Alkitab Sabda.