Mazmur 107:43

"Siapakah di antara kamu yang bijaksana, biarlah ia memperhatikan hal-hal ini, dan pertimbangkanlah kebaikan TUHAN."

Ayat Mazmur 107:43 ini merupakan sebuah seruan yang mendalam, mengundang setiap pendengar, terutama mereka yang menyebut diri bijaksana, untuk merenungkan lebih dari sekadar pengetahuan intelektual. Ayat ini menyoroti pentingnya membedakan dan menghargai "kebaikan TUHAN". Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, seringkali kita terhanyut dalam pencarian pemahaman, solusi, dan kemajuan. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa kearifan sejati tidak hanya terletak pada kemampuan menganalisis, tetapi juga pada kesediaan untuk mengamati dan mengakui intervensi ilahi dalam setiap aspek kehidupan.

Kata "memperhatikan hal-hal ini" mengimplikasikan sebuah observasi yang cermat. Ini bukan sekadar melihat, tetapi mengamati dengan hati yang terbuka, mencari pola, dan mengenali tanda-tanda campur tangan Tuhan. Kebaikan Tuhan tidak selalu hadir dalam bentuk keajaiban yang spektakuler, terkadang ia tersembunyi dalam kesempatan yang datang, dalam kekuatan untuk bertahan melalui kesulitan, dalam hubungan yang membangun, atau bahkan dalam teguran yang mengoreksi jalan kita. Orang yang bijaksana, menurut Mazmur, adalah orang yang mampu melihat keberadaan kebaikan Tuhan di balik berbagai peristiwa ini.

Lebih jauh lagi, ayat ini mengajak kita untuk "mempertimbangkan kebaikan TUHAN". Ini adalah langkah aktif dari sekadar pengamatan menjadi apresiasi yang mendalam. Mempertimbangkan berarti menimbang, merenungkan, dan membiarkan kebaikan Tuhan itu membentuk pandangan dan tindakan kita. Ketika kita benar-benar mempertimbangkan betapa luas dan tanpa syarat kebaikan Tuhan, hati kita akan diubahkan. Keputusasaan dapat berganti menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian, dan kepahitan menjadi pengampunan.

Dalam konteks global yang seringkali dipenuhi berita buruk dan tantangan yang berat, seruan Mazmur 107:43 menjadi pengingat yang sangat relevan. Ia mengarahkan fokus kita dari masalah yang mungkin tampak tak terpecahkan kepada sumber kekuatan dan kebaikan yang tak terbatas. Kebijaksanaan yang sejati tidak hanya terletak pada pemecahan masalah, tetapi pada kemampuan untuk tetap berpegang pada kebenaran yang kekal dan kebaikan yang tak pernah berubah. Oleh karena itu, marilah kita melatih diri untuk terus memperhatikan dan mempertimbangkan kebaikan TUHAN, agar hidup kita dipenuhi dengan rasa syukur dan keyakinan yang kokoh. Kebaikan-Nya adalah fondasi yang teguh di mana kita dapat membangun kehidupan yang bermakna dan penuh harapan.