Mazmur 109:12

"Biarlah orang yang hendak mencelakainya tidak mendapat bagian, dan biarlah tidak ada orang yang menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak piatu."
Kebaikan yang tak tergoyahkan Meski terancam, harapan tetap ada.

Ilustrasi: Kebaikan dan harapan yang hadir di tengah tantangan.

Mazmur 109 adalah salah satu mazmur yang dikenal karena isinya yang sangat kuat, menggambarkan penderitaan dan doa pemazmur terhadap musuh-musuhnya. Namun, di balik intensitasnya, ayat 12 menawarkan sebuah refleksi yang mendalam tentang keadilan ilahi dan harapan yang tak terputus. Ayat ini berbunyi, "Biarlah orang yang hendak mencelakainya tidak mendapat bagian, dan biarlah tidak ada orang yang menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak piatu." Sekilas, ayat ini mungkin terdengar keras, namun mari kita mencoba memahami maknanya dalam konteks yang lebih luas.

Pemazmur, dalam perasaannya yang tertekan, berdoa agar mereka yang berniat jahat kepadanya tidak menemukan kesuksesan atau penerimaan. "Tidak mendapat bagian" bisa diartikan sebagai tidak mendapatkan hasil dari niat buruk mereka, tidak ada keuntungan yang mereka peroleh dari usaha mencelakai orang lain. Ini adalah doa untuk keadilan, di mana kejahatan tidak diberi ruang untuk berkembang atau diberi imbalan. Dalam pandangan ilahi, niat jahat itu sendiri adalah sesuatu yang tidak seharusnya mendapatkan berkat atau keberuntungan.

Lebih lanjut, bagian kedua ayat ini, "dan biarlah tidak ada orang yang menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak piatu," seringkali menimbulkan pertanyaan. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam banyak konteks Alkitabiah, termasuk dalam konteks doa yang diilhamkan, ungkapan ini seringkali merupakan cara untuk menggarisbawahi betapa parahnya perlakuan musuh terhadap pemazmur. Jika musuh-musuh pemazmur bahkan tidak menunjukkan belas kasihan kepada yang paling rentan sekalipun (anak-anak piatu, yang secara sosial dan ekonomi sangat lemah), maka betapa kejamnya mereka. Doa ini bukan mendorong ketidakpedulian terhadap anak yatim, melainkan menyoroti kekejaman ekstrem dari orang-orang yang dihadapi pemazmur.

Dari sudut pandang keadilan ilahi, Tuhan adalah pembela orang yang tertindas, termasuk anak-anak piatu. Oleh karena itu, doa agar musuh-musuh yang kejam itu tidak mendapatkan belas kasihan dari sesama manusia, justru menegaskan bahwa mereka telah menolak standar kemanusiaan dan ilahi. Keadilan yang diminta pemazmur adalah keadilan yang memastikan bahwa kekejaman tidak dibiarkan tanpa konsekuensi.

Meskipun teks ini kuat, inti dari Mazmur 109, termasuk ayat 12, adalah permohonan kepada Tuhan yang adil. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ada consequences bagi niat jahat dan kekejaman. Di tengah kesulitan hidup, ketika kita merasa dianiaya atau menyaksikan ketidakadilan yang merajalela, kita diundang untuk membawa pergumulan kita kepada Tuhan. Mazmur ini, melalui doa-doanya yang tajam, pada akhirnya menegaskan keyakinan pada kedaulatan Tuhan dan keadilan-Nya yang sempurna. Ini adalah pengingat bahwa meskipun dunia mungkin penuh dengan orang-orang yang berniat jahat, Tuhan tetap berkuasa untuk menegakkan kebenaran dan melindungi mereka yang lemah dan yang mencari perlindungan-Nya. Harapan kita terletak pada keyakinan bahwa Dia akan bertindak sesuai dengan keadilan-Nya.