"Tetapi yang lain mengambil sebuah tombak dan menusuk lambung-Nya, sehingga keluarlah darah dan air."
Ayat Matius 27:49 ini menggambarkan salah satu momen paling tragis dan menentukan dalam narasi penyaliban Yesus Kristus. Di tengah penderitaan yang luar biasa di kayu salib, ketika nyawa-Nya telah dipertaruhkan, seorang prajurit Romawi mengambil sebuah tombak dan menusuk lambung Yesus. Tindakan ini bukan sekadar kekejaman tambahan, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam bagi umat Kristen.
Momen penusukan lambung Yesus adalah sebuah peristiwa yang sarat dengan simbolisme dan penggenapan nubuat. Keluarnya darah dan air dari luka tersebut telah menjadi subjek banyak diskusi teologis. Bagi banyak orang percaya, pemandangan ini melambangkan pengorbanan total Yesus, di mana seluruh diri-Nya dicurahkan bagi penebusan dosa manusia. Darah melambangkan kematian-Nya yang berkorban, sementara air dapat melambangkan kehidupan dan pembersihan spiritual yang ditawarkan melalui pengorbanan-Nya.
Penderitaan yang digambarkan dalam Matius 27:49 bukanlah penderitaan biasa. Ini adalah puncak dari kebohongan, pengkhianatan, siksaan, dan penolakan yang dialami Yesus. Namun, di tengah semua itu, kematian-Nya bukanlah akhir. Ayat ini, bersama dengan ayat-ayat lain yang menggambarkan penyaliban, menjadi inti dari iman Kristen. Pengorbanan di kayu salib adalah bukti cinta Allah yang tak terbatas bagi dunia, sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes 3:16.
Peristiwa ini juga menggarisbawahi sifat nyata dari kematian Yesus. Meskipun Ia adalah Anak Allah, Ia mengalami penderitaan fisik yang mengerikan, termasuk kematian yang brutal. Penusukan lambung-Nya memastikan bahwa kematian-Nya telah terjadi, membantah anggapan bahwa Ia mungkin tidak benar-benar meninggal di kayu salib. Keaslian kematian-Nya sangat penting bagi kebangkitan-Nya, yang merupakan landasan iman Kristen.
Bagi banyak orang, Matius 27:49 juga mengingatkan akan empati dan belas kasihan yang ditawarkan oleh Yesus. Meskipun dalam keadaan paling lemah dan menderita, Ia tetap menjadi juruselamat yang siap memberikan kehidupan baru. Memahami ayat ini berarti merenungkan kedalaman pengorbanan-Nya dan menyadari bahwa bahkan di saat-saat tergelap, ada harapan dan tujuan ilahi yang bekerja. Ini adalah inti dari pesan Injil: penebusan melalui kematian dan kebangkitan Sang Juruselamat.