Mazmur 119:128

"Oleh sebab itu aku menganggap segala perintah-Mu tentang segala sesuatu benar; aku benci segala jalan dusta."

Kebenaran

Mazmur 119 dikenal sebagai mazmur terpanjang dalam Alkitab, yang merupakan sebuah pujian mendalam terhadap Taurat atau Firman Tuhan. Setiap ayatnya merangkai ekspresi cinta, kerinduan, dan kepatuhan terhadap hukum ilahi. Ayat 128 ini secara khusus menyoroti sikap hati seorang beriman yang tulus terhadap firman Tuhan. "Oleh sebab itu aku menganggap segala perintah-Mu tentang segala sesuatu benar; aku benci segala jalan dusta."

Pernyataan ini bukan sekadar pengakuan pasif, melainkan sebuah deklarasi aktif dari keyakinan yang mendalam. Frasa "menganggap segala perintah-Mu tentang segala sesuatu benar" menunjukkan bahwa sang pemazmur memandang setiap firman Tuhan sebagai otoritatif, adil, dan berhikmat. Tidak ada perintah Tuhan yang dianggap remeh, usang, atau tidak relevan. Baik dalam hal-hal besar maupun kecil, perintah-Nya dipercaya sebagai panduan terbaik untuk menjalani kehidupan. Ini mencerminkan pemahaman bahwa Tuhan, sebagai Pencipta dan Pengatur semesta, memiliki perspektif tertinggi dan terbaik bagi ciptaan-Nya.

Implikasi dari menganggap segala perintah Tuhan benar adalah penolakan tegas terhadap kebohongan dan kepalsuan. Sang pemazmur secara tegas menyatakan, "aku benci segala jalan dusta." Kebencian di sini bukanlah emosi sesaat, melainkan penolakan fundamental terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran ilahi. Jalan dusta merujuk pada setiap cara hidup yang menyimpang dari prinsip-prinsip Tuhan, termasuk tipu daya, kemunafikan, dan kejahatan.

Sikap seperti ini sangat relevan di zaman modern yang seringkali dipenuhi dengan informasi yang membingungkan, narasi yang menyesatkan, dan godaan untuk menempuh jalan pintas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai standar mutlak, kita akan lebih mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ini bukan berarti kita harus menghakimi orang lain, tetapi kita sendiri harus memiliki kompas moral yang teguh yang berpijak pada kebenaran abadi.

Intinya, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kedalaman komitmen kita terhadap firman Tuhan. Apakah kita benar-benar menganggap segala perintah-Nya benar dalam setiap aspek kehidupan kita? Apakah kita memiliki kebencian yang tulus terhadap segala bentuk kepalsuan dan kebohongan? Hidup yang selaras dengan firman Tuhan adalah sebuah perjalanan yang mengharuskan kita untuk terus belajar, bertumbuh, dan secara sadar memilih jalan kebenaran, sebagaimana diajarkan dalam Mazmur 119:128.