Mazmur 119:156

"Betapa berlimpah belas kasihan-Mu, ya TUHAN, hidupku berkat kepatuhan kepada ketetapan-ketetapan-Mu."

Mazmur 119 dikenal sebagai mazmur terpanjang dalam Alkitab, sebuah ode yang penuh kekaguman terhadap firman Tuhan. Dalam ayat ke-156, pemazmur mengungkapkan inti dari imannya: pengakuan atas melimpahnya belas kasihan Tuhan yang menjadi sumber kehidupan dan panduan dalam ketaatan.

Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pernyataan mendalam tentang hubungan antara rahmat ilahi dan respons manusiawi. "Betapa berlimpah belas kasihan-Mu, ya Tuhan," adalah seruan yang penuh syukur. Ia mengakui bahwa kasih Tuhan bukan sesuatu yang terbatas atau terukur, melainkan samudra yang tak bertepi, selalu tersedia, dan selalu baru setiap pagi. Belas kasihan ini melingkupi segala aspek kehidupan, dari pengampunan dosa hingga pemeliharaan sehari-hari. Tanpa belas kasihan-Nya, keberadaan kita akan rapuh dan tak berdaya.

Selanjutnya, pemazmur menyambungkan belas kasihan ilahi dengan bagaimana ia menjalani hidupnya: "hidupku berkat kepatuhan kepada ketetapan-ketetapan-Mu." Ini menunjukkan bahwa ketaatan bukan dilakukan atas dasar kewajiban semata, melainkan sebagai respons tulus terhadap kasih dan rahmat yang telah diterima. Ketetapan-ketetapan Tuhan, yang diuraikan sepanjang mazmur ini, dipandang bukan sebagai beban, melainkan sebagai jalan menuju kehidupan yang sejati dan berkelimpahan. Ketaatan adalah perwujudan dari kepercayaan dan ketergantungan pada hikmat-Nya.

Di dunia yang seringkali terasa penuh ketidakpastian dan tantangan, Mazmur 119:156 mengingatkan kita akan dua pilar yang kokoh. Pertama, kasih Tuhan yang tidak pernah gagal. Kehidupan kita dibangun di atas dasar rahmat-Nya yang tak tergoyahkan. Kedua, pentingnya merespons kasih tersebut dengan kehidupan yang taat. Ketaatan pada prinsip-prinsip ilahi memberikan arah, makna, dan stabilitas dalam segala situasi. Ketika kita memilih untuk mengikuti jalan Tuhan, kita tidak hanya mematuhi perintah, tetapi juga mengundang lebih banyak berkat dan kedamaian dalam perjalanan hidup kita.

Belas kasihan Tuhan terlihat dalam berbagai bentuk. Ia mengampuni kesalahan kita, memberikan kekuatan saat kita lemah, dan menunjukkan jalan saat kita tersesat. Mengakui dan menghargai belas kasihan ini memampukan kita untuk menjalani hidup dalam kebenaran. Ketaatan, dalam konteks ini, adalah buah dari hati yang bersyukur dan terjamah oleh kebaikan-Nya. Ini adalah tentang mengarahkan langkah kita sesuai dengan firman-Nya, menemukan sukacita dalam prinsip-prinsip-Nya, dan mengalami pemulihan serta pertumbuhan yang hanya bisa datang dari Dia.

Mari kita renungkan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita dapat lebih menghargai belas kasihan Tuhan yang melimpah? Dan bagaimana respons kita terhadap kasih itu dalam bentuk kepatuhan? Ingatlah bahwa setiap langkah ketaatan adalah langkah menuju kehidupan yang lebih kaya, lebih bermakna, dan lebih diberkati, karena hidup kita sesungguhnya bergantung pada ketetapan-ketetapan-Nya yang penuh kasih.