"Ajari aku hukum-Mu, maka aku akan memeliharanya; aku akan melakukannya dengan segenap hatiku."
Mazmur 119, bab terpanjang dalam Alkitab, adalah sebuah pujian yang mendalam dan ekstensif terhadap hukum Tuhan, Taurat, firman-Nya, dan kesaksian-Nya. Di dalam lautan ayat yang luas ini, ayat 34 hadir sebagai inti dari sebuah permohonan yang sederhana namun penuh kekuatan: "Ajari aku hukum-Mu, maka aku akan memeliharanya; aku akan melakukannya dengan segenap hatiku." Permohonan ini bukan sekadar permintaan biasa, melainkan sebuah pengakuan akan keterbatasan diri dan kerinduan yang mendalam untuk hidup sesuai dengan kehendak Ilahi.
Frasa "Ajari aku hukum-Mu" menunjukkan sebuah sikap kerendahan hati. Penulis Mazmur menyadari bahwa kebijaksanaan dan pemahaman yang benar tentang jalan Tuhan tidak datang dari dirinya sendiri, melainkan melalui pengajaran langsung dari Sumber segala hikmat. Ini adalah awal dari perjalanan spiritual yang otentik – yaitu, mengakui bahwa kita membutuhkan panduan ilahi untuk menjalani hidup yang bermakna dan berkenan di hadapan Tuhan. Hukum Tuhan di sini tidak hanya merujuk pada peraturan kaku, tetapi pada seluruh firman Tuhan yang berisi kebenaran, kasih, dan petunjuk untuk kehidupan.
Selanjutnya, janji yang menyertai permohonan ini adalah "maka aku akan memeliharanya". Ini adalah respon yang logis dan penting. Ketika kita menerima ajaran Tuhan, buahnya adalah keinginan untuk menjaga dan mematuhi firman tersebut. "Memelihara" di sini berarti menjaga dengan hati-hati, menyimpan dalam ingatan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah komitmen untuk tidak membiarkan firman Tuhan menjadi sekadar pengetahuan pasif, melainkan menjadi pedoman aktif dalam setiap langkah.
Namun, kesungguhan komitmen itu semakin dipertegas dengan ungkapan terakhir: "aku akan melakukannya dengan segenap hatiku." Kata "melakukannya" menunjukkan tindakan nyata, bukan hanya sekadar pemahaman teoritis atau keinginan semata. Dan penambahan "dengan segenap hatiku" memberikan dimensi yang luar biasa. Ini berarti kepatuhan yang tulus, tanpa keraguan, tanpa setengah-setengah, dan tanpa kepura-puraan. Ini adalah sebuah penyerahan diri total, di mana seluruh keberadaan kita diarahkan untuk menaati firman Tuhan. Hati adalah pusat emosi, keinginan, dan kehendak; oleh karena itu, melakukan hukum Tuhan dengan segenap hati berarti melakukan itu dengan seluruh keberadaan kita yang terdalam.
Ayat ini mengajarkan kita sebuah prinsip penting: bahwa ajaran Tuhan adalah katalisator bagi ketaatan yang tulus. Tanpa ajaran, kita akan tersesat. Dengan ajaran, kita diberi terang. Dan respons yang diharapkan dari penerimaan terang itu adalah penerapan yang penuh gairah dan kesungguhan dalam kehidupan kita. Ini adalah sebuah doa yang relevan bagi setiap orang yang merindukan kedekatan dengan Tuhan dan ingin hidup sesuai dengan kehendak-Nya di tengah dunia yang sering kali membingungkan.
Memelihara dan melakukan hukum Tuhan dengan segenap hati adalah jalan menuju kehidupan yang penuh berkat dan kebahagiaan sejati. Marilah kita terus memohon hikmat-Nya, agar kita dapat memahami, memelihara, dan melaksanakan firman-Nya setiap hari.
Untuk lebih mendalami, Anda bisa membaca keseluruhan Mazmur 119.