Ayat Mazmur 119:56 membentangkan inti dari hubungan yang mendalam dengan Tuhan: "Inilah yang ada padaku, bahwa aku memelihara titah-titah-Mu." Frasa ini bukan sekadar pengakuan pasif, melainkan sebuah deklarasi aktif, sebuah pengakuan mendalam tentang apa yang menjadi harta utama dan pegangan hidup sang pemazmur. Dalam hiruk-pikuk kehidupan, di tengah godaan dunia, dan di hadapan berbagai tantangan, komitmen untuk memelihara titah Tuhan menjadi jangkar yang kokoh.
Memelihara titah Tuhan bukanlah beban, melainkan sebuah anugerah dan sumber sukacita. Pemazmur, dalam konteks Mazmur 119 yang panjang dan kaya, terus-menerus menekankan betapa berharganya Taurat, perintah, dan kesaksian Tuhan. Titah-titah ini bukanlah aturan kaku yang membatasi, melainkan petunjuk ilahi yang mengarahkan pada kehidupan yang benar, damai, dan penuh berkat. Ketika seseorang sungguh-sungguh memeliharanya, ia tidak hanya menaati peraturan luar, tetapi ia menyelaraskan hatinya dengan kehendak Tuhan.
Dalam dunia modern yang serba cepat, di mana informasi berlimpah dan nilai-nilai seringkali terombang-ambing, ayat ini menjadi pengingat yang sangat relevan. Seringkali kita menemukan diri kita terombang-ambing oleh tren sesaat, opini publik, atau keinginan pribadi yang fana. Namun, Mazmur 119:56 mengingatkan kita bahwa harta sejati dan pegangan yang abadi terletak pada Firman Tuhan. Ini adalah komitmen jiwa, sebuah keputusan sadar untuk menjadikan prinsip-prinsip ilahi sebagai panduan utama dalam setiap langkah kehidupan.
Bagaimana kita memelihara titah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari? Ini melibatkan lebih dari sekadar menghafal ayat-ayat suci. Ini adalah tentang refleksi yang mendalam, penerapan dalam setiap keputusan, dan menjadikan perintah-perintah-Nya sebagai prinsip hidup. Ini berarti mengutamakan kejujuran, kasih, keadilan, kerendahan hati, dan semua nilai-nilai yang diajarkan oleh Tuhan, bahkan ketika hal itu sulit atau tidak populer. Ini adalah sebuah proses berkelanjutan, sebuah perjalanan iman yang membutuhkan ketekunan dan ketergantungan pada tuntunan Roh Kudus.
"Inilah yang ada padaku," demikian kata pemazmur. Ini menunjukkan bahwa memelihara titah Tuhan adalah sesuatu yang ia pegang erat, sesuatu yang ia miliki dan lindungi dalam dirinya. Ini bukan sesuatu yang ia serahkan kepada orang lain untuk dilakukan, melainkan sebuah tanggung jawab pribadi. Ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai harta kita, kita menemukan bahwa itu adalah sumber kekuatan, kebijaksanaan, dan penghiburan. Dalam setiap kesulitan, kita dapat kembali kepada firman-Nya dan menemukan janji-janji serta arahan yang menguatkan. Komitmen ini membentuk identitas kita sebagai umat Tuhan, membedakan kita dari dunia, dan membawa kita pada hubungan yang lebih intim dengan Sang Pencipta.