Mazmur 119:70

"Biji mata hati mereka lebih tebal dari lemak; tetapi aku bersukacita karena hukum-Mu."

Hukum

Ayat yang terdengar sederhana ini dari Mazmur 119:70 menyimpan makna yang mendalam tentang kontras spiritual yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Pemazmur, Daud, menggambarkan dua jenis hati yang sangat berbeda: satu yang "lebih tebal dari lemak," dan satu lagi yang bersukacita karena hukum Tuhan.

Istilah "lebih tebal dari lemak" menggambarkan hati yang tumpul, keras, dan tidak peka terhadap kebenaran ilahi. Hati semacam ini cenderung tenggelam dalam kenikmatan duniawi, kesombongan, dan hawa nafsu, seolah-olah tertutup oleh lapisan lemak yang membuatnya sulit menerima atau memahami hal-hal rohani. Orang dengan hati seperti ini mungkin tidak menyadari atau bahkan menolak pesan-pesan ilahi yang datang kepada mereka. Mereka lebih fokus pada kesenangan sesaat dan kebutuhan fisik semata, tanpa mempertimbangkan implikasi kekal.

Di sisi lain, Daud menyatakan, "tetapi aku bersukacita karena hukum-Mu." Ini adalah gambaran hati yang hidup, responsif, dan berorientasi pada Tuhan. Hukum Tuhan, dalam konteks ini, bukan sekadar seperangkat aturan yang kaku, melainkan firman-Nya yang penuh kasih, petunjuk-Nya yang bijaksana, dan kebenaran-Nya yang membebaskan. Bagi Daud, hukum Tuhan adalah sumber sukacita, penghiburan, dan kepuasan. Ini menunjukkan hubungan yang intim dan personal dengan Tuhan, di mana ketaatan dan perenungan terhadap firman-Nya membawa kebahagiaan yang mendalam dan berkelanjutan.

Kontras ini mengajak kita untuk merenungkan keadaan hati kita sendiri. Apakah hati kita cenderung tumpul dan tidak peka terhadap suara Tuhan, lebih tertarik pada hal-hal duniawi yang sifatnya sementara? Atau apakah kita, seperti Daud, menemukan sukacita dan kehidupan dalam firman-Nya? Penting untuk menyadari bahwa hati yang tumpul bukanlah kondisi yang permanen. Tuhan sanggup memperlembut hati yang keras dan membukanya untuk menerima kebenaran-Nya.

Bagaimana kita bisa mengembangkan hati yang bersukacita karena hukum Tuhan? Pertama, melalui doa yang tulus memohon kepada Tuhan agar membukakan hati kita. Kedua, dengan secara aktif membaca, merenungkan, dan mempraktikkan firman-Nya setiap hari. Ketiga, dengan menjauhi segala sesuatu yang dapat membuat hati kita menjadi tumpul, seperti keserakahan, keangkuhan, dan keinginan yang berlebihan akan dunia.

Ayat Mazmur 119:70 menjadi pengingat penting bahwa kehidupan spiritual bukanlah sesuatu yang pasif. Ia membutuhkan respons aktif dari hati kita. Dengan memelihara hati yang lembut dan haus akan kebenaran Tuhan, kita dapat mengalami sukacita sejati yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini.