"Lebih berharga bagi daku hukum-Mu dari pada ribuan emas dan perak."
Mazmur 119, pasal terpanjang dalam Alkitab, adalah sebuah ode yang mendalam terhadap Firman Tuhan. Di tengah kemegahan dan keluasan ayat-ayatnya, terdapat sebuah permata yang begitu murni dan berharga, yaitu ayat 72: "Lebih berharga bagi daku hukum-Mu dari pada ribuan emas dan perak." Pernyataan ini bukan sekadar pengakuan, melainkan sebuah deklarasi nilai yang sangat tinggi terhadap ajaran dan perintah Tuhan.
Dalam dunia yang seringkali mendefinisikan kekayaan dan kesuksesan berdasarkan materi—berapa banyak emas dan perak yang kita miliki—sang pemazmur mengajukan perspektif yang sama sekali berbeda. Ia tidak menampik nilai benda-benda berharga di dunia, namun menempatkannya pada skala prioritas yang jauh di bawah. Ribuan emas dan perak, yang seringkali menjadi tolok ukur kemakmuran, bagi pemazmur hanyalah sekadar logam yang tidak sebanding dengan apa yang ditawarkan oleh hukum Tuhan.
Apa yang membuat hukum Tuhan begitu bernilai? Hukum Tuhan, dalam konteks Mazmur 119, mencakup seluruh ajaran, ketetapan, peringatan, dan firman-Nya. Ini adalah panduan hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta, yang mengetahui segala sesuatu tentang ciptaan-Nya, termasuk kita manusia. Dalam firman-Nya, kita menemukan kebenaran yang abadi, hikmat yang tak terbatas, dan janji-janji yang menguatkan. Ia memberikan arah di tengah kebingungan, terang di tengah kegelapan, dan pengharapan di tengah keputusasaan.
Membandingkan nilai firman Tuhan dengan emas dan perak mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang prioritas spiritual. Emas dan perak, betapapun menariknya, memiliki keterbatasan. Nilainya bisa berubah, bisa dicuri, atau bahkan tidak dapat memberikan kepuasan rohani yang sejati. Sebaliknya, firman Tuhan adalah sumber kehidupan yang tak pernah kering. Ia tidak hanya memberikan keuntungan duniawi—seperti kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, kemampuan untuk mengasihi, dan integritas—tetapi juga menawarkan kekayaan rohani yang tak ternilai, yaitu persekutuan dengan Tuhan dan janji kehidupan kekal.
Penting untuk merenungkan bagaimana kita menempatkan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah kita menghabiskan lebih banyak waktu dan perhatian untuk mengejar kekayaan materiil daripada untuk merenungkan dan menerapkan firman-Nya? Mazmur 119:72 menjadi pengingat yang kuat bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada timbunan harta benda, tetapi pada kedalaman hubungan kita dengan Tuhan melalui firman-Nya. Ketika kita mengutamakan hukum-Nya, kita sebenarnya sedang menginvestasikan diri pada sesuatu yang memiliki nilai kekal, sesuatu yang tidak akan pernah hilang dan selalu membawa berkat.
Mari kita jadikan ayat ini sebagai kompas moral dan spiritual kita. Dengan hati yang terbuka, kita mau terus menggali kekayaan yang tak ternilai dalam setiap firman-Nya, menyadari bahwa di dalamnya tersimpan anugerah, hikmat, dan kekuatan yang jauh melebihi segala harta di dunia ini. Firman Tuhan adalah harta karun kita yang sesungguhnya.