Mazmur 119:77

"Biarlah belas kasihan-Mu datang kepadaku, supaya aku hidup, sebab hukum-Mu adalah kesenanganku."

Mazmur 119 adalah sebuah permata dalam Alkitab, sebuah kidung pujian yang memuliakan firman Tuhan dalam berbagai aspeknya. Ayat 77, khususnya, merangkum sebuah kerinduan yang mendalam dari hati seorang hamba Tuhan: permohonan akan belas kasihan ilahi yang berujung pada kehidupan, yang dipicu oleh kesukaan akan hukum Tuhan. Ayat ini bukan sekadar ungkapan kebutuhan spiritual, melainkan sebuah deklarasi tentang bagaimana hubungan dengan Tuhan, melalui firman-Nya, menjadi sumber vitalitas dan kegembiraan sejati.

Permohonan "Biarlah belas kasihan-Mu datang kepadaku, supaya aku hidup" mencerminkan kesadaran akan kerapuhan dan ketidaklayakan diri di hadapan kekudusan Tuhan. Sang pemazmur tahu bahwa tanpa campur tangan dan kebaikan Tuhan yang tak terhingga, kehidupan yang sejati, kehidupan yang berkelimpahan dan bermakna, tidak akan pernah dapat dicapai. Belas kasihan Tuhan bukanlah sekadar tindakan amal, melainkan sebuah anugerah penyelamatan, penerimaan, dan pemulihan. Ini adalah kekuatan yang membangkitkan dari kelemahan, penerangan bagi kegelapan, dan harapan di tengah keputusasaan. Kehidupan yang dimaksud di sini melampaui keberadaan fisik; ia adalah kehidupan spiritual yang penuh sukacita, damai sejahtera, dan pemenuhan dalam kehendak Tuhan.

Keterkaitan antara belas kasihan Tuhan dan kehidupan menjadi semakin jelas ketika kita melihat alasan di baliknya: "sebab hukum-Mu adalah kesenanganku." Ini adalah poin krusial. Bukan karena pemazmur merasa berhak atas belas kasihan Tuhan, tetapi karena ia menemukan kesenangan yang mendalam dalam mempelajari, merenungkan, dan menaati firman Tuhan. Hukum Tuhan, dalam konteks mazmur ini, bukanlah beban atau peraturan yang membatasi, melainkan petunjuk hidup yang membebaskan, sumber kebijaksanaan, dan pedoman menuju kebenaran.

Ketika seseorang sungguh-sungguh menemukan kesenangan dalam firman Tuhan, ia akan secara alami merindukan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dan justru dalam kerinduan inilah, belas kasihan Tuhan menjadi berlimpah. Kesenangan ini bukan lahir dari paksaan atau kewajiban semata, melainkan dari pengenalan akan betapa indahnya, betapa benar, dan betapa menopangnya firman Tuhan bagi jiwa. Ia menciptakan rasa percaya dan ketergantungan yang mendalam pada sumber segala kebaikan.

Mazmur 119:77 mengajarkan kita bahwa hubungan yang hidup dengan Tuhan selalu berpusat pada firman-Nya. Dengan merenungkan hukum Tuhan, kita semakin mengenal karakter-Nya, semakin menyadari kebutuhan kita akan belas kasihan-Nya, dan semakin termotivasi untuk hidup dalam ketaatan yang menyenangkan hati-Nya. Dalam kasih karunia-Nya, kita diberi kehidupan, dan dalam kesenangan akan firman-Nya, kita diberi kekuatan untuk menjalaninya. Inilah inti dari spiritualitas yang sehat dan berbuah: sebuah siklus berkelanjutan dari penerimaan anugerah dan penyerahan diri dalam kesukaan.