Mazmur 120:6

"Betapa lama aku tinggal di tengah-tengah orang yang membenci perdamaian! Aku adalah pendamai, tetapi apabila aku berbicara, mereka bersiap-siap untuk berperang."

Mazmur 120:6 melukiskan sebuah gambaran yang mendalam tentang pengalaman seseorang yang berada di tengah-tengah konflik dan permusuhan. Penulis mazmur ini menyatakan rasa frustrasi dan kelelahan karena terus-menerus berada dalam lingkungan yang menentang perdamaian. Ada kontras yang tajam antara keinginan sang penulis untuk menjadi pendamai dengan reaksi orang-orang di sekitarnya yang justru cenderung memicu peperangan.

Ayat ini berbicara kepada kita tentang realitas kehidupan di mana ketidaksepakatan dan konflik dapat muncul kapan saja, bahkan ketika niat kita adalah untuk menciptakan harmoni. Sang penulis mazmur mengakui dirinya sebagai "pendamai". Ini menunjukkan sebuah dorongan hati untuk meredakan ketegangan, mencari solusi bersama, dan membangun hubungan yang baik. Namun, upayanya ini seringkali disambut dengan resistensi. Begitu ia mencoba berbicara atau mengutarakan pendapatnya yang bertujuan untuk kedamaian, orang lain justru "bersiap-siap untuk berperang".

Pengalaman seperti ini bisa sangat menyakitkan dan menguras energi. Rasanya seperti usaha kita untuk memperbaiki keadaan justru dianggap sebagai ancaman atau provokasi. Ini bisa terjadi dalam berbagai konteks kehidupan: dalam keluarga, lingkungan kerja, pertemanan, bahkan dalam skala yang lebih luas. Terkadang, lingkungan yang kita tinggali dipenuhi dengan orang-orang yang lebih nyaman dengan perselisihan daripada dengan penyelesaian.

Namun, Mazmur 120:6 tidak hanya berhenti pada deskripsi kesulitan. Ayat ini juga menyiratkan kekuatan dan keteguhan hati sang penulis untuk tetap berpegang pada prinsip perdamaiannya, meskipun menghadapi penolakan. Ini adalah panggilan bagi kita untuk tidak mudah menyerah dalam berusaha menciptakan kebaikan dan kedamaian, bahkan ketika situasinya sulit. Penting untuk diingat bahwa menjadi pendamai bukan berarti selalu disukai atau diterima. Terkadang, keberanian untuk berbicara demi kebaikan justru dapat menimbulkan gejolak sementara.

Dalam dunia yang seringkali terasa penuh dengan perpecahan, pesan Mazmur 120:6 menjadi semakin relevan. Ia mengingatkan kita akan nilai perdamaian dan betapa berharganya upaya untuk mencapainya, meskipun harus menghadapi pertentangan. Mengambil pelajaran dari ayat ini, kita dapat terus berusaha menjadi agen perdamaian di lingkungan kita masing-masing, dengan kesabaran dan ketekunan, sembari memohon kekuatan dari Yang Maha Kuasa agar dapat melalui setiap tantangan dengan damai.