Mazmur 120:7 - Damai Sejati di Tengah Badai

"Aku ini adalah orang yang cinta damai; tetapi kalau aku berkata, mereka bersiap-siap untuk berperang." (Mazmur 120:7)
Harapan di Tengah Konflik

Ilustrasi visual tentang harapan dan kelembutan di tengah tantangan.

Memahami Pergumulan Sang Pemazmur

Ayat Mazmur 120:7 adalah sebuah ungkapan yang mendalam dari hati yang merindukan kedamaian, namun terus-menerus dihadapkan pada permusuhan. Sang pemazmur, yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksinya, mengungkapkan rasa frustrasi dan kesedihannya ketika niat baiknya untuk hidup dalam harmoni selalu disambut dengan sikap defensif, curiga, bahkan agresif dari orang-orang di sekitarnya. Frasa "mereka bersiap-siap untuk berperang" menggambarkan respons yang berlebihan dan penuh prasangka terhadap keinginan tulus untuk berdamai. Ini bukanlah pertengkaran kecil, melainkan sebuah perlawanan yang siap meletus kapan saja.

Dalam konteks sosial dan spiritual pada masa itu, seringkali terjadi perseteruan antar suku, perselisihan politik, atau bahkan pengkhianatan. Bagi individu yang memiliki hati yang cenderung kepada kedamaian dan keadilan, situasi seperti ini tentu sangat menyiksa. Sang pemazmur tidak mencari konflik, ia justru menghendaki ketenangan. Namun, keengganan orang lain untuk menerima kedamaian justru menciptakan badai dalam hidupnya, membuatnya merasa terisolasi dan terancam. Ini mengajarkan kita bahwa hasrat untuk berdamai tidak selalu menjamin penerimaan dari pihak lain. Terkadang, bahkan niat baik pun bisa disalahpahami atau ditolak.

Pelajaran untuk Masa Kini

Di era modern ini, kita juga dapat menemukan relevansi dari perkataan ini. Dalam lingkungan kerja, pergaulan, bahkan keluarga, terkadang kita menemui dinamika yang mirip. Seseorang yang berusaha untuk menjadi mediator, yang berusaha meredakan ketegangan, atau yang hanya ingin menjaga hubungan baik, seringkali justru menjadi sasaran kecurigaan atau bahkan dianggap sebagai ancaman oleh pihak-pihak yang sudah terbiasa dengan konflik atau memiliki agenda tersembunyi. Sikap defensif yang berlebihan dari orang lain bisa membuat niat baik kita terasa seperti "memprovokasi" sesuatu yang lebih buruk, padahal itu adalah ungkapan kerinduan untuk harmoni.

Mazmur 120:7 mengingatkan kita bahwa dalam pencarian damai, kita mungkin akan menghadapi resistensi. Ini bukan berarti kita harus menyerah pada keinginan untuk berdamai. Sebaliknya, ini mendorong kita untuk lebih bijak dalam berkomunikasi, tetap teguh pada prinsip kedamaian, dan senantiasa mencari kekuatan dari sumber yang lebih tinggi untuk menghadapi situasi yang sulit. Menjadi pribadi yang cinta damai bukan hanya tentang menghindari pertengkaran, tetapi juga tentang memiliki ketabahan untuk tetap memegang prinsip itu meskipun dihadapkan pada penolakan.

Harapan di Tengah Ketidakpastian

Meskipun ayat ini mengungkapkan pergumulan, di dalam keseluruhan Mazmur 120, terdapat benang merah harapan. Sang pemazmur tidak berhenti pada keluh kesahnya. Ia terus mencari perlindungan dan kelepasan dari Tuhan. Inti dari ayat ini bukanlah sekadar keluhan, melainkan sebuah pengakuan akan sifat alami manusia dan tantangan dalam mewujudkan kedamaian. Namun, di balik pengakuan itu, tersembunyi sebuah keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber damai yang sejati, yang mampu mengubah hati yang keras dan menenangkan badai.

Dalam menghadapi situasi serupa, kita dapat meneladani sang pemazmur dengan terus memegang teguh prinsip kedamaian dalam diri kita, sambil memohon hikmat dan kekuatan dari Tuhan. Kita belajar bahwa damai sejati bukan hanya ketiadaan konflik, tetapi juga kedamaian batin yang berasal dari kepercayaan kepada Tuhan, bahkan ketika dunia di sekitar kita tampak siap untuk berperang. Mazmur 120:7 adalah panggilan untuk menjadi pembawa damai, sambil menyadari bahwa jalan itu terkadang penuh tantangan, namun selalu layak diperjuangkan dengan berpegang pada kebenaran dan iman.