Sebab di sanalah ditaruh
tahta-tahta untuk peradilan,
tahta-tahta keluarga Daud.
Mazmur 122 adalah sebuah ratapan kegembiraan dan doa permohonan untuk kota Yerusalem. Dalam ayat kelima, pemazmur secara khusus menyoroti pentingnya Yerusalem sebagai pusat keadilan dan pemerintahan yang ilahi. Ia menyatakan, "Sebab di sanalah ditaruh tahta-tahta untuk peradilan, tahta-tahta keluarga Daud." Pernyataan ini bukan sekadar deskripsi geografis, melainkan sebuah pengakuan teologis akan peran Yerusalem sebagai ibu kota spiritual dan politik umat Israel.
Kata "tahta" (hebrew: kisse') dalam konteks ini merujuk pada kursi kekuasaan, tempat hakim duduk untuk memutuskan perkara dan raja memerintah kerajaannya. Ditaruhnya tahta-tahta ini di Yerusalem menandakan bahwa kota ini adalah pusat di mana kebenaran, keadilan, dan otoritas ilahi ditegakkan. Keberadaan "tahta-tahta keluarga Daud" mengaitkan fungsi keadilan ini dengan garis keturunan Raja Daud, yang dipilih Allah untuk memimpin Israel. Ini menegaskan bahwa pemerintahan dan peradilan yang sah berasal dari penetapan ilahi, dan Yerusalem adalah manifestasi fisik dari ketetapan tersebut di bumi.
Ayat ini juga memancarkan harapan. Di tengah ketidakpastian dan tantangan yang mungkin dihadapi umat Israel, Yerusalem tetap menjadi jangkar stabilitas dan keadilan. Kehadiran tahta-tahta ini memberikan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi yang mengatur dan menjaga jalannya pemerintahan. Ini adalah janji akan adanya tatanan, keadilan, dan kepemimpinan yang bijaksana yang bersumber dari Allah sendiri. Bagi para peziarah yang mendaki ke Yerusalem, melihat kota ini sebagai pusat keadilan memberikan rasa aman dan kepastian.
Dalam kerangka teologis yang lebih luas, Mazmur 122:5 juga dapat dilihat sebagai bayangan dari kerajaan Allah yang kekal. Seperti Yerusalem menjadi pusat keadilan di bumi pada masanya, demikian pula kerajaan surga akan menjadi tempat di mana keadilan dan kebenaran berkuasa sepenuhnya. Kehadiran tahta-tahta peradilan ini mengingatkan kita akan pentingnya keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam skala pribadi, sosial, maupun gerejawi. Kita dipanggil untuk mewujudkan prinsip-prinsip keadilan Allah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai perwujudan iman kita.
Mari kita merenungkan makna Yerusalem sebagai pusat keadilan dalam hidup kita. Apakah kita telah menjadikan prinsip-prinsip kebenaran Allah sebagai pedoman dalam setiap keputusan kita? Apakah kita berjuang untuk menegakkan keadilan di lingkungan kita? Mazmur 122:5 mengundang kita untuk terus berorientasi pada sumber keadilan yang tertinggi dan menjadikannya pijakan dalam perjalanan iman kita. Kebaikan dan kasih karunia Allah senantiasa menaungi kita, serupa dengan bagaimana Yerusalem dikelilingi oleh tembok-tembok pelindungnya.