"Ya TUHAN, jauhkanlah aku dari tangan orang fasik, lindungilah aku dari orang lalim, yang berniat menjatuhkan aku."
Mazmur 140:4 adalah sebuah doa permohonan yang mendalam kepada Tuhan untuk perlindungan dari segala bentuk kejahatan dan niat jahat manusia. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan terkadang penuh ketidakpastian, kita seringkali dihadapkan pada situasi yang mengancam kedamaian dan keselamatan kita. Ayat ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap tantangan, kita memiliki sumber kekuatan dan perlindungan yang tak terbatas dalam Sang Pencipta.
Frasa "tangan orang fasik" dan "orang lalim" menggambarkan individu atau kekuatan yang memiliki niat buruk, keinginan untuk menyakiti, menipu, atau bahkan menghancurkan. Mereka bisa hadir dalam berbagai bentuk: dari godaan yang menyesatkan, fitnah yang merusak reputasi, hingga tindakan intimidasi yang mengancam keamanan fisik maupun mental. Bagi pemazmur, bahaya ini begitu nyata sehingga ia berseru memohon campur tangan Ilahi.
Doa ini mengajarkan kita untuk tidak hanya pasif dalam menghadapi ancaman, tetapi secara aktif mencari perlindungan dari Tuhan. Ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita untuk menjaga diri, namun mengakui bahwa kekuatan tertinggi yang dapat menjamin keselamatan kita adalah kuasa Tuhan. Ayat ini mendorong kita untuk menjadikan doa sebagai senjata utama, sebuah komunikasi langsung dengan sumber segala kebaikan.
Perlindungan yang diminta oleh pemazmur bukan sekadar terhindar dari bahaya fisik, tetapi juga perlindungan terhadap jiwa dan hati. Orang fasik seringkali menggunakan kata-kata manis atau tipu daya untuk menjerat mangsanya. Permohonan agar Tuhan "melindungi dari orang lalim yang berniat menjatuhkan aku" menunjukkan keinginan untuk dijauhkan dari kehancuran, baik secara spiritual maupun emosional. Ini adalah doa agar Tuhan menjaga kita agar tidak jatuh dalam perangkap kejahatan yang dapat merusak hidup kita.
Ketika kita merenungkan Mazmur 140:4, kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan melawan kejahatan. Tuhan adalah benteng kita, kubu pertahanan kita. Dengan mengakui kelemahan diri dan berserah sepenuhnya kepada-Nya, kita dapat menemukan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan. Mari kita jadikan ayat ini sebagai bahan renungan harian, memohon perlindungan-Nya dalam setiap langkah perjalanan hidup kita, dan mempercayakan masa depan kita di tangan-Nya yang penuh kasih.